BMKG Sebut Perubahan Iklim Capai Titik Kritis, Siklus Banjir Jadi Lebih Sering

Image title
25 Maret 2025, 11:46
Warga menggunakan perahu melintasi banjir di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (16/3/2025). Banjir setinggi 30 sentimeter hingga 2 meter akibat luapan air Sungai Citarum saat intensitas curah hujan tinggi kembali merendam tiga kecamatan y
ANTARA FOTO/Novrian Arbi/tom.
Warga menggunakan perahu melintasi banjir di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (16/3/2025). Banjir setinggi 30 sentimeter hingga 2 meter akibat luapan air Sungai Citarum saat intensitas curah hujan tinggi kembali merendam tiga kecamatan yakni Bojongsoang, Baleendah, dan Dayeuhkolot di Bandung Selatan.

Ringkasan

  • Perubahan iklim telah mencapai tahap kritis dan berdampak pada cuaca, salah satunya mempercepat siklus banjir di Indonesia.
  • Periode 2015-2024 tercatat sebagai periode terpanas, dengan anomali suhu pada 2024 melampaui kesepakatan Paris.
  • Peningkatan curah hujan ekstrem berkorelasi dengan kenaikan suhu dan konsentrasi Gas Rumah Kaca, menyebabkan bencana hidrometeorologi seperti banjir.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat perubahan iklim telah mencapai tahap kritis, dan akan berpengaruh ke cuaca serta kehidupan manusia. Salah satu dampaknya dalah siklus banjir di Indonesia yang menjadi lebih cepat terjadi.

Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan data BMKG menunjukkan periode 2015-2024 adalah yang terpanas dalam sejarah. Pada 2024, tercatat anomali suhu sebesar 1,55 derajat Celsius atau melampaui kesepakatan Paris yaitu 1,5 derajat Celsius.

“Tren peningkatan curah hujan ekstrem di Indonesia berkorelasi langsung dengan kenaikan suhu permukaan dan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK),” ujar Dwikorita dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (25/3).

Dwikorita mengatakan dampak perubahan iklim, seperti mencairnya gletser di Papua dan naiknya suhu muka air laut, memicu bencana hidrometeorologi ekstrem, seperti banjir yang melanda Jabodetabek awal Maret 2025. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat lebih dari 37 ribu kepala keluarga terdampak banjir di Jabodetabek.

BMKG juga mencatat 1.891 kejadian cuaca ekstrem di Indonesia periode 1 Januari-17 Maret 2025, yang menyebabkan banjir, pohon tumbang, tanah longsor, kerusakan bangunan, gangguan transportasi, dan korban jiwa.

“Siklus banjir yang semula lima tahunan bisa menjadi lebih sering bahkan setiap tahun jika kita tidak mampu mengelola lingkungan. Ini harus dicegah,” ujarnya.

Dia mengatakan, data BMKG menunjukkan curah hujan di Bekasi saat banjir 2025 lebih dari 200 milimeter per hari (mm/hari), lebih rendah dari banjir 2020 yang mencapai lebih dari 300 mm/hari. Namun, tren curah hujan ekstrem lebih dari 150mm/hari secara umum meningkat di Indonesia, seiring dengan kenaikan suhu permukaan dan konsentrasi GRK.

Untuk itu, ia menekankan pentingnya pemahaman mendalam tentang pengaruh iklim dan cuaca terhadap kehidupan manusia. Hal ini diperlukan agar seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat dapat melakukan mitigasi, pencegahan, dan pengurangan risiko bencana secara efektif.

“Kekeringan dan banjir adalah dua sisi mata uang dari perubahan iklim. Keduanya akan semakin parah dan terus berlanjut setiap tahunnya,” ucapnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...