KLH: Sejumlah Wilayah RI Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan dalam 4 Bulan ke Depan


Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq mengatakan beberapa wilayah di Indonesia rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dalam kurun waktu empat bulan ke depan.
“Ini rawan (Kebakaran hutan dan lahan). Akhir April, Mei, Juni, Juli, Agustus. Jadi ada 4 bulan yang rawan,” ujar Hanif saat ditemui di Jakarta, Kamis (17/4).
Hanif mengatakan kondisi tersebut terjadi karena sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau pada rentan waktu Mei hingga Agustus 2024. Sebagaimana diketahui, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia kerap terjadi ketika musim kemarau panjang. Pasalnya, musim kemarau membuat lahan dan hutan jadi mengering dan mudah terbakar.
Dia mengatakan, penetapan istilah rawan dilakukan untuk membuat semua pihak dapat mengantisipasi terjadinya kebakaran lahan dan hutan sebelum.
“Kata rawan artinya perlu antisipasi kita semua. Jadi dalam prediksi BMKG, 4 bulan ini panasnya sudah mulai,” ujarnya.
Sebelumnya, BMKG mencatat beberapa wilayah di Indonesia akan mengalami musim kemarau dimulai pada April. Anggota Direktorat Perubahan Iklim BMKG, Alif Akbar, mengatakan awal musim kemarau 2025 akan terjadi secara bertahap.
“Zona yang diprediksi akan masuk musim kemarau adalah sebagian Kecilampung, Banten bagian utara, Jakarta, Jawa bagian barat, Bali, NTB, NTT dan ada juga sebagian Sulawesi bagian selatan,” ujar Alif dalam seminar KLH dipantau virtual, Rabu (16/4).
Alif mengatakan awal musim kemarau di Indonesia akan terjadi di wilayah Tenggara Indonesia atau kawasan Nusa Tenggara. Kemudian pada mei akan masuk ke wilayah barat Indonesia seperti Sumatera dan Jawa. Beberapa wilayah seperti Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan sebagian Papua akan mulai mengalami musim kemarau pada Juni.
“Puncak musim kemarau di Indonesia ini di paling banyak puncaknya terjadi pada bulan Agustus 2025,” ujarnya.
Meski begitu, terdapat beberapa wilayah di Indonesia yang akan mengalami puncak musim kemarau pada September dan Oktober. Alif mengatakan kondisi musim kemarau di tahun 2025 tidak sama dengan yang terjadi pada tahun 2023 akibat adanya fenomena El Nino. Dengan begitu maka musim kemarau tahun ini tidak akan sekering jika dibandingkan dengan 2023.
“Musim kemarau tahun ini faktor iklim yang mendominasi, karena ENSO dan IOD normal maka untuk kondisi dari Samudra Pasifik dan Samudera Hindia tidak akan terlalu berpengaruh ke Indonesia,” ucapnya.
Dia menjelaskan musim kemarau di Indonesia pada 2025 akan banyak dipengaruhi oleh suhu muka laut, topografi wilayah, dan kondisi dari angin muson dari Australia.