CIFOR-ICRAF, WRI, dan IIASA Rilis Epistem untuk Bantu Upaya Restorasi Hutan


Konsorsium tiga lembaga nonprofit merilis Evolving Participatory Information System for Nature-based Climate Solutions alias Epistem, di Jakarta, pada Kamis (24/4). Sistem ini berupa laman atau website yang mempermudah akses teknologi pemetaan, mendukung upaya restorasi hutan, dan pemantauan bentang lahan.
“Kami di dalam konsorsium Epistem percaya dengan adanya alat bantu yang mudah, para pemangku kepentingan yang relevan akan bisa menjalankan kegiatan serta proses yang dibutuhkan secara lebih akurat dengan ditopang oleh data yang berkualitas,” ujar Direktur Pusat Penelitian Kehutanan Internasional dan Agroforestri Dunia atau CIFOR-ICRAF, Andree Ekadinata, dalam acara Kick-off Nasional Epistem di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis (24/4).
Pembuatan Epistem melibatkan tiga lembaga nonprofit. International Institute for Applied System Analysis alias IIASA berperan sebagai koordinator global, CIFOR-ICRAF untuk koordinator di Indonesia, serta ada World Resources Institute alias WRI Indonesia.
Kegiatan ini bakal berlangsung selama empat tahun, hingga Juni 2028, untuk mencakup kebutuhan nasional. Selama empat tahun itu, konsorsium bakal melakukan studi kasus di seluruh Indonesia dan menentukan data apa yang dibutuhkan para pemangku kepentingan (stakeholders). Nantinya, mereka akan membentuk komunitas praktisi untuk mengecek atau memperbarui data yang dibutuhkan para pemangku kepentingan.
Kendati demikian, Epistem mulai melaksanakan konsultasi awal minggu ini di Sumatera Selatan. Peneliti CIFOR-ICRAF Dony Indiarto mengatakan, dari hasil konsultasi itu, para pemangku kepentingan membutuhkan peta tutupan kopi di sana.
“Ini butuh data lapangan hingga pengetahuan lokal. Jadi, kami butuh bantuan praktisi dan akan dibantu oleh machine learning untuk mengetahui tutupan lahan di lapangan,” ujarnya.
Untuk menjalankan Epistem, konsorsium didanai oleh Inisiatif Iklim Internasional, Kementerian Federal untuk Lingkungan Hidup, Konservasi Alam dan Keselamatan Nuklir atau ICI BMU Jerman. Konsorsium juga bermitra dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional alias BRIN untuk kegiatan penelitian.