Produksi Pisang Global Terancam Merosot karena Krisis Iklim

Hari Widowati
14 Mei 2025, 07:37
pisang, perubahan iklim, krisis iklim
ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya/YU
Warga melintas di depan penjual pisang di Pasar Baru Kota Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (4/2/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Pisang, buah yang paling banyak dikonsumsi di dunia, menghadapi ancaman eksistensial akibat krisis iklim. Cuaca ekstrem, kekeringan, banjir, dan penyakit jamur terkait iklim menghancurkan tanaman pisang, terutama di Amerika Latin dan Karibia, yang menyumbang 80% ekspor pisang global.

Laporan lembaga amal Christian Aid menyebut tanpa tindakan mendesak, 60% wilayah yang paling cocok untuk menanam pisang di kawasan tersebut bisa menjadi tidak dapat ditanami pada tahun 2080.

“Perubahan iklim telah membunuh tanaman kami. Perkebunan saya sekarat,” kata Aurelia Pop Xo, seorang petani pisang di Guatemala, kepada lembaga amal tersebut, seperti dikutip The Independent.

Aurelia mengatakan petani pisang tidak memiliki pendapatan karena gagal panen. "Dulu ada prediksi bahwa ini akan terjadi di masa depan, tetapi datang lebih cepat dari yang diperkirakan," ujarnya.

Pisang adalah tanaman pangan terpenting keempat secara global setelah gandum, beras, dan jagung. Lebih dari 400 juta orang bergantung pada tanaman ini untuk memenuhi hingga 27% kebutuhan kalori harian mereka.

Namun, buah ini menjadi semakin rentan. Sebagian besar pisang ekspor berasal dari satu varietas kloning tunggal, yaitu Cavendish, yang membuatnya sangat rentan terhadap penyakit.

Salah satu penyakit tersebut, Fusarium Tropical Race 4, telah memusnahkan perkebunan di sebagian Asia dan Amerika Latin, penyebarannya semakin meluas karena kenaikan suhu dan peningkatan banjir. Penyakit lain, Black Leaf Streak, yang tumbuh subur di kondisi panas dan lembap, dapat memangkas hasil panen pisang hingga 80%.

Negara-negara penghasil pisang seperti Guatemala, India, dan Kosta Rika mengalami penurunan hasil panen dan peningkatan tekanan sosial dan ekonomi. Petani tidak hanya menghadapi gagal panen, tetapi juga terpapar pestisida berbahaya, yang sering digunakan untuk melindungi perkebunan monokultur dari hama dan penyakit.

Negara-negara Kaya Harus Sediakan Pendanaan Iklim

Christian Aid menyerukan tindakan mendesak dari negara-negara kaya untuk memangkas emisi karbon dan menyediakan pendanaan iklim guna mendukung petani di negara-negara rentan.

Selain itu, mereka juga merekomendasikan peralihan ke pertanian pisang yang tangguh dan berkelanjutan, termasuk investasi pada varietas tahan kekeringan, irigasi yang lebih baik, dan praktik perdagangan yang adil.

“Para petani pisang menghadapi kondisi yang semakin genting sebagai akibat dari perubahan iklim,” kata Holly Woodward-Davey dari kelompok kampanye Banana Link. “Tanpa perubahan sistemik, kita berisiko menyaksikan kehancuran pisang Cavendish.”

Osai Ojigho dari Christian Aid mengatakan dunia perlu menyadari bahaya yang ditimbulkan perubahan iklim terhadap tanaman pisang. "Kehidupan dan mata pencaharian orang-orang yang tidak melakukan apa pun untuk menyebabkan krisis iklim sudah terancam,” kata Ojigho.

Lembaga amal tersebut telah mendesak konsumen untuk mendukung petani pisang dengan memilih pisang yang diperdagangkan dengan adil (fairtrade) dan organik. Hal ini akan mendukung pendapatan yang lebih baik bagi petani dan mengurangi penggunaan bahan kimia.

Negara-negara juga didesak untuk menggunakan rencana iklim nasional yang diperbarui tahun ini berdasarkan Perjanjian Paris untuk mempercepat pengurangan emisi dan berkomitmen pada kontribusi yang adil terhadap adaptasi iklim.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...