KLH Targetkan Seluruh Sekolah Jadi Sekolah Adiwiyata pada 2029

Ajeng Dwita Ayuningtyas
6 Agustus 2025, 17:44
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bekerja sama dengan Yayasan Bakti Barito dan LabSosio Universitas Indonesia (UI) meluncurkan alat ukur kepedulian lingkungan di Sekolah Adiwiyata, di Jakarta, Rabu (6/8).
Katadata/Ajeng Dwita Ayuningtyas
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bekerja sama dengan Yayasan Bakti Barito dan LabSosio Universitas Indonesia (UI) meluncurkan alat ukur kepedulian lingkungan di Sekolah Adiwiyata, di Jakarta, Rabu (6/8).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menargetkan seluruh sekolah di Indonesia akan menjadi Sekolah Adiwiyata pada 2029. Adiwiyata merupakan salah satu program KLH yang bertujuan meningkatkan kesadaran serta kepedulian warga sekolah terhadap lingkungan. 

“Sampai 2029 kita mempunyai target seluruh sekolah di Indonesia bisa ikut program Adiwiyata,” ujar Kepala Pusat Pengembangan Generasi Lingkungan Hidup Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Jo Kumala Dewi, dalam Peluncuran Penyusunan Instrumen Pengukuran Perilaku Peduli Lingkungan Hidup di Sekolah, di Jakarta, pada Rabu (6/8).

Sejak diberlakukan pada 2006, hingga kini ada sekitar 22 ribu Sekolah Adiwiyata. Hal ini mendorong KLH untuk melakukan percepatan.

Jo menegaskan, predikat Adiwiyata bukan ajang perlombaan, melainkan penghargaan yang harus terus dijaga keberlanjutannya. Keterlibatan pemerintah pusat hingga daerah dibutuhkan untuk menjaga komitmen sekolah.

Program ini juga tidak menggunakan sistem “perpanjangan” predikat Adiwiyata. “Kita kembalikan kepada tanggung jawab sosial. Sekali sekolah itu mendapat dan di sekolahnya dipasang (predikat Sekolah Adiwiyata), selanjutnya kalau ada tumpukan sampah di depannya, sekolah akan malu,” kata Jo.

Meski demikian, tidak ada sanksi atau disinsentif kepada sekolah yang belum mencapai kapabilitas sebagai Sekolah Adiwiyata.

Temuan Ahli: Institusi Pengaruhi Perilaku Siswa

Temuan peneliti LabSosio Universitas Indonesia pada tahun lalu menunjukkan ada perubahan perilaku siswa dalam hal kepedulian terhadap lingkungan, ketika mendapat support system, yakni sekolahSejauh ini, penilaian Adiwiyata yang dilakukan oleh KLH belum mengukur level kesadaran siswa. 

“Jadi kalau sekolah punya visi yang baik, kuat, leadership-nya ada, itu memang bagus. Anak-anaknya pun akan begitu,” tutur Peneliti LabSosio Universitas Indonesia (UI) Sulastri Sardjo.

Dengan situasi ini, KLH bersama LabSosio UI dan Yayasan Bakti Barito, bekerja sama menyusun dua alat ukur baru untuk menilai dan memperkuat kepedulian lingkungan Sekolah Adiwiyata.

Dua alat ukur ini adalah Instrumen Perilaku Peduli Lingkungan Hidup Sekolah (IPPLHS) dan Instrumen Program Peduli dan Budaya Lingkungan Hidup Sekolah (IPPBLHS).

IPPLHS digunakan untuk mengukur perilaku siswa dari empat aspek utama. Aspek-aspek tersebut mencakup pengetahuan, sikap, perilaku sehari-hari, dan perilaku kolektif siswa saat berinteraksi dengan isu lingkungan.

Sementara itu, IPPBLHS fokus pada penilaian sekolah secara menyeluruh. Salah satunya, instrumen ini melihat apakah sekolah sudah memasukkan isu lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar.

Selain itu, ada atau tidaknya aksi nyata, sistem manajemen yang mendukung, serta kolaborasi sekolah dengan orang tua, komunitas, dan pemerintah juga diukur dalam instrumen ini.  Terakhir, sekolah harus mampu meninjau dan mengevaluasi program lingkungan secara rutin dan efektif.

Sulastri menyebut bahwa persiapan penyusunan instrumen ini membutuhkan waktu sekitar lima bulan sebelum bisa diterapkan. Proyeksinya, instrumen ini akan selesai September mendatang. Masing-masing tingkatan sekolah memiliki instrumen yang berbeda, sehingga instrumen ini relevan diaplikasikan. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ajeng Dwita Ayuningtyas

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...