Kampung Andamata Jadi Contoh Peran Masyarakat Adat Fakfak Jaga Ekonomi Biru

Hari Widowati
7 Agustus 2025, 20:47
Kampung Andamata, mangrove, masyarakat adat
Konservasi Indonesia/Faizal Fanani
Peneliti Konservasi Indonesia bersama masyarakat pesisir Kampung Andamata menyusun buku elektronik \"Merajut Ekowisata Mangrove Andamata\" sebagai bentuk pengakuan terhadap peran vital masyarakat adat dalam konservasi karbon biru.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kampung Andamata di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat, menjaga ekosistem mangrove secara turun-temurun lewat sistem pengelolaan sumber daya alam berbasis adat. Mereka menerapkan Kerakera, praktik adat yang merupakan bentuk lokal sistem Sasi yang mengatur waktu tutup-buka kawasan mangrove untuk menjaga regenerasi ekosistem.

Kisah Kampung Andamata ini diangkat dalam buku elektronik "Merajut Ekowisata Mangrove Andamata" yang disusun oleh para peneliti Konservasi Indonesia bersama masyarakat pesisir Kampung Andamata. Buku ini merupakan bentuk pengakuan terhadap peran vital masyarakat adat dalam konservasi karbon biru.

Adi Pradana, Senior Policy Director Konservasi Indonesia, mengatakan Kampung Andamata layak menjadi contoh nyata bahwa investasi konservasi yang paling berkelanjutan adalah pelestarian yang dilakukan bersama masyarakat. 

“Riset terbaru kami mencatat bahwa satu hektare mangrove di Fakfak menyimpan lebih dari 1.000 ton karbon. Ini menunjukkan bahwa pelestarian berbasis adat punya kontribusi besar bagi iklim global, dan itu dimulai dari sebuah kampung kecil di Papua Barat,” ujar Adi, dalam keterangan resmi, Kamis (7/8).

Muhammad Ilham Nurdin, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat, mengatakan buku ini menjadi bukti bahwa pelestarian budaya dan alam bisa menjadi daya tarik wisata yang kuat. “Kami berharap model Andamata ini bisa menjadi inspirasi untuk kampung-kampung pesisir lainnya di Papua Barat bahkan tingkat global. Ekowisata bukan hanya tentang kunjungan, tetapi juga tentang pelestarian,” kata Ilham.

Mempertahankan Sistem Adat Kerakera

Tokoh Adat Petuanan Arguni, Fakfak, Nafraris Gwasgwas, menyampaikan ekowisata hutan mangrove di Kampung Andamata tak lepas dari sistem adat Kerakera yang terus hidup dalam tradisi leluhur. Aturan adat ini tak sekadar tradisi, bahkan kini telah menjadi tulang punggung keberlanjutan pengelolaan sumber daya dan ekowisata.

"Dengan mengatur masa tutup-buka perairan, adalah cara kami menghormati alam, memberi waktu bagi laut dan mangrove untuk pulih, sehingga anak cucu kami kelak masih bisa menikmati hasilnya,” ujarnya.

Peluncuran buku ekowisata mangrove Kampung Andamata ini menjadi momen yang istimewa karena diumumkan pada pembukaan Workshop Nasional Kerangka Pembiayaan Berkelanjutan untuk Ekosistem Mangrove. Acara yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pangan bersama World Economic Forum (WEF) melalui Blue Carbon Action Partnership (BCAP) global, serta Sekretariat National Blue Carbon Action Partnership (NBCAP) yang dijalankan oleh Konservasi Indonesia ini, bertujuan memperkuat sinergi pembiayaan lintas sektor untuk perlindungan dan pemulihan mangrove di Indonesia.

Ekosistem mangrove memegang peran penting dalam menghadapi perubahan iklim, melestarikan biodiversitas, serta menopang ekonomi masyarakat pesisir. Meski begitu, ekosistem ini masih menghadapi tantangan berat seperti konversi lahan, degradasi, dan keterbatasan dana konservasi.

Melalui workshop ini, para pemangku kepentingan berkumpul untuk meninjau dan memberi masukan terhadap Kerangka Pembiayaan Mangrove yang dikembangkan BCAP agar selaras dengan konteks nasional.

Indonesia, sebagai negara dengan kawasan mangrove terluas di dunia, berpeluang memimpin upaya global dalam konservasi karbon biru. Workshop ini pun mengkaji keterpaduan antara konservasi dan pembangunan nasional, serta mengidentifikasi strategi konkret untuk mengatasi kesenjangan pendanaan.

Para peserta yang hadir merupakan perwakilan dari elemen pemerintah, sektor keuangan, swasta, akademisi, hingga lembaga swadaya masyarakat (LSM). Mereka bersama-sama merumuskan peta jalan pembiayaan berkelanjutan.

Workshop ini juga membangun jejaring antarpihak yang lebih kokoh. Kolaborasi antar sektor ini diharapkan dapat mempercepat realisasi visi Indonesia dalam menerapkan ekonomi biru dan menempatkan masyarakat lokal sebagai mitra utama pembangunan berkelanjutan.

Dengan semangat kolaborasi, keberpihakan pada komunitas, dan komitmen terhadap iklim, peluncuran buku dan penyelenggaraan workshop ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan Indonesia menjaga dan memulihkan ekosistem karbon biru.

Buku elektronik ”Merajut Ekowisata Mangrove Andamata” dapat dibaca di sini

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...