Brasil, Penjaga Amazon yang Jadi Tuan Rumah COP30

Hari Widowati
4 November 2025, 10:17
Brasil, COP30, Hutan Amazon
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/nym.
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menyampaikan kata sambutan pada Forum Indonesia-Brasil 2025 di Jakarta, Kamis (23/10/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memilih Brasil menjadi tuan rumah konferensi tingkat tinggi (KTT) iklim COP30 pada 2025. Kabar gembira ini disampaikan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva pada 26 Mei 2023. Kota Belem yang berada di tepian Sungai Amazon, akan menjadi lokasi penyelenggaraan COP30 pada November 2025.

"Saya telah berpartisipasi di COP Mesir, Paris, Kopenhagen, di mana semua orang berbicara tentang Amazon. Jadi, mengapa tidak mengadakan COP di Amazon sehingga orang-orang bisa mengenal Amazon, melihat sungai-sungainya, hutannya, dan faunanya," ujar Lula dalam video yang diunggah di akun X (Twitter), seperti dikutip CNN.

Menteri Luar Negeri Brasil Mauro Vieira mengatakan PBB menyetujui Brasil menjadi tuan rumah COP30 setelah negara tersebut mengajukan diri dalam COP27 di Mesir.

Kota Belem yang berada di Provinsi Para, merupakan kota yang terletak di pinggir hutan Amazon. Ibu kotanya berada di pesisir sungai Amazon.

Gubernur Para, Helder Barbalho, menyatakan bahwa merupakan satu kehormatan bagi seluruh rakyat Brasil untuk menjadi tuan rumah COP30. Penunjukan itu meningkatkan kewajiban Brasil terhadap agenda iklim, hak masyarakat adat, dan perlindungan lingkungan hidup.

Brasil Turunkan Deforestasi di Hutan Amazon

Amazon merupakan hutan hujan tropis terbesar di dunia. Luasnya mencapai 5,5 juta kilometer persegi dan terbentang di sejumlah negara Amerika Selatan. Brasil memiliki wilayah terbesar di Amazon, hampir 60% dari total luas hutan hujan tropis itu berada di negara tersebut. 

Hutan hujan tropis ini memegang peranan penting dalam mengatur iklim global. Hutan ini menyimpan sekitar 90-140 miliar ton karbon sehingga menjadi penyerap karbon darat terbesar di dunia. 

Lula, yang telah tiga kali menjabat sebagai Presiden Brasil, menegaskan komitmennya untuk menurunkan tingkat deforestasi di Hutan Amazon. Data dari lembaga penelitian antariksa Brasil (Inpe), pemerintah Brasil mencatat penurunan signifikan dalam laju deforestasi di hutan hujan Amazon. Dalam periode 12 bulan hingga Juli 2025, deforestasi turun sebesar 11,08% dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi tingkat terendah dalam 11 tahun terakhir.

Lula berencana menyoroti capaian ini sebagai bukti komitmen pemerintahannya dalam mengatasi krisis iklim. Laporan Inpe mencatat sekitar 5.796 kilometer persegi kawasan Amazon hilang akibat deforestasi dalam periode tersebut, angka terendah sejak 2014.

Sejak Lula menjabat pada 2023, tingkat kerusakan hutan Amazon telah berkurang hingga separuhnya. Ia pun berjanji untuk mengakhiri seluruh aktivitas deforestasi di Brasil pada tahun 2030.

Peran Brasil sebagai tuan rumah tahun ini menandai 33 tahun sejak KTT Bumi Rio, saat negara-negara pertama kali menandatangani perjanjian PBB yang berkomitmen untuk mengatasi perubahan iklim.

KTT tersebut kemudian berkembang menjadi forum multilateral besar, yang mempertemukan negara-negara kaya dan miskin, para ilmuwan, dan masyarakat sipil, untuk mengatasi ancaman iklim. Sejauh ini, KTT tersebut gagal menghentikan peningkatan emisi karbon, meskipun lajunya telah melambat. Sekitar 40% emisi era industri di atmosfer telah dilepaskan sejak perjanjian tersebut ditandatangani.

Ketika menghadiri KTT Iklim COP, para pemimpin dunia akan menegaskan komitmen negara mereka dan saling meminta pertanggungjawaban. Namun, COP30 kemungkinan akan mencatat tingkat kehadiran terendah oleh para pemimpin dunia sejak 2019, ketika sekitar 50 kepala negara menghadiri COP25 di Madrid.

Untuk KTT yang akan diikuti oleh para kepala negara pada 6-7 November di Belem, kurang dari 60 pemimpin telah mengonfirmasi kehadiran mereka hingga Sabtu (1/11). Lebih dari 80 pemimpin dunia menghadiri COP29 tahun lalu di Baku, Azerbaijan. tiga KTT sebelumnya di Dubai, Sharm el-Sheikh, Mesir, dan Glasgow bahkan mencatat kehadiran lebih dari 100 pemimpin negara.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...