72 Negara Dukung Presidensi COP30 Rilis Global Cooling Pledge

Hari Widowati
12 November 2025, 18:55
COP30, emisi karbon, pendinginan
COP30 Brasil Amazonia/Antonio Scorza
Presidensi COP30 dan Badan Lingkungan PBB (UNEP) meluncurkan inisiatif Global Mutirão Against Extreme Heat (Beat the Heat) untuk mempercepat implementasi solusi ketahanan terhadap panas dan pendinginan yang berkelanjutan di kota-kota dunia.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Presidensi COP30 dan Badan Lingkungan PBB (UNEP) meluncurkan inisiatif Global Mutirão Against Extreme Heat (Beat the Heat) untuk mempercepat implementasi solusi ketahanan terhadap panas dan pendinginan yang berkelanjutan di kota-kota dunia. Sebanyak 185 kota dan 72 negara mendukung inisiatif ini dengan menandatangani komitmen Janji Pendinginan Global atau Global Cooling Pledge.

Mereka mendorong penurunan emisi yang terkait dengan pendingin udara sebesar 68% pada 2050.

Ana Toni, CEO COP30, menyebut Global Mutirão Against Extreme Heat (Kesepakatan Bersama Global Melawan Panas Ekstrem) adalah salah satu upaya yang paling efektif untuk mengkomunikasikan masalah ini kepada delegasi yang hadir di COP30 di Kota Belem, Brasil.

"Masyarakat memahami panas karena tubuh mereka merasakannya. Inisiatif ini terhubung dengan masyarakat dan mereka bisa terus mendukung kesepakatan iklim multilateral global dan koalisi yang dibangun di sekitar mereka benar-benar memahami hal ini," ujar Ana Toni, seperti dikutip COP30.br, pada Selasa (11/11).

Ana Toni juga menyebut mobilisasi gerakan itu bisa menjadi contoh hal yang menyatukan dunia karena memiliki tujuan yang sama. "Melalui pembangunan kapasitas dan aksi nyata, para wali kota dan sektor swasta bisa menerapkan inisiatif ini, dan teknologi bisa memainkan peran penting. Jika kami benar-benar sukses mengembangkan kerja sama ini, kita akan melihat lebih banyak kota bergabung dengan Beat the Heat ketika COP30 berakhir," tuturnya.

Pendinginan yang Berkelanjutan

Menurut laporan terbaru UNEP, permintaan pendinginan global diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2050. Hal ini diperkirakan bakal mendorong perubahan iklim dan membebani jaringan listrik.

Dokumen tersebut juga mencatat jalur menuju pendinginan berkelanjutan dapat mengurangi emisi terkait pendinginan sebesar 64% pada tahun 2050, melindungi 3 miliar orang dari kenaikan suhu, dan menghemat hingga US$ 43 triliun dalam biaya listrik dan infrastruktur yang dihindari.

Laporan yang diterbitkan oleh Cool Coalition dan UNEP ini merupakan penilaian paling komprehensif hingga saat ini mengenai meningkatnya permintaan global akan pendinginan dan kebutuhan mendesak akan solusi yang ramah lingkungan.

Jalur pendinginan berkelanjutan dapat memastikan akses ke sistem pendinginan dan refrigerasi, bangunan tangguh, dan ruang hijau perkotaan untuk semua. Ini termasuk kelompok rentan dan berpenghasilan rendah seperti petani kecil, perempuan, dan lansia, tanpa memperburuk krisis iklim.

Menteri Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Brasil, Marina Silva, mencatat sekitar 20 juta anak dan remaja di Brasil bersekolah di sekolah yang tidak diadaptasi maupun ber-AC. Marina menekankan pentingnya menerapkan serangkaian langkah untuk mengatasi panas ekstrem melalui tiga agenda yang saling terkait: mitigasi, adaptasi, dan transformasi.

“Agenda mitigasi mengatasi akar penyebab panas ekstrem. Agenda adaptasi mengakui karena hal ini sudah terjadi, kita harus mengembangkan cara-cara yang sinergis dan berkelanjutan untuk meresponsnya," kata Marina.

Selanjutnya, agenda transformasi merupakan proses struktural jangka panjang yang akan memungkinkan dunia mengatasi masalah panas ekstrem.

Direktur Eksekutif UNEP Inger Andersen menyatakan di bawah Janji Pendinginan Global itu, 72 negara telah berkolaborasi untuk mengurangi emisi terkait pendinginan hingga lebih dari 60% pada tahun 2050 sekaligus memperluas akses ke pendinginan berkelanjutan.

“Memenuhi target ini sangat penting karena panas ekstrem merupakan tanda krisis yang jelas. Panas ekstrem sudah mematikan, menyebabkan sekitar setengah juta kematian setiap tahun, dan sayangnya, situasinya akan semakin memburuk," ujar Andersen.

Ia menilai akses terhadap pendinginan harus diperlakukan sebagai infrastruktur penting — seperti halnya air, energi, dan sanitasi — karena pendinginan menyelamatkan nyawa dan menjaga perekonomian, sekolah, dan rumah sakit tetap berjalan.

Konsekuensi Krisis Iklim

Panas ekstrem sudah menjadi salah satu konsekuensi utama dari krisis iklim. Panas ekstrem menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh kota-kota di seluruh dunia.

"Menurut perwakilan dari berbagai kota, perluasan pusat perkotaan telah memperparah dampak ini, menciptakan risiko seperti perpindahan penduduk dan peningkatan perumahan informal," ucap Bashir Mohamed Jama, Menteri Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Somalia.

Evandro Leitão, Wali Kota Fortaleza (Ceará, Brasil), mengatakan penanggulangan krisis iklim tidak dapat dicapai tanpa keadilan sosial, begitu pula sebaliknya. “Menangani krisis iklim juga berarti memajukan keadilan sosial melalui tindakan lintas sektoral — di bidang kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur,” ujarnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...