COP30 Dorong Komitmen Etika Internasional untuk Perkuat Aksi Iklim
Pada agenda Konferensi Perubahan Iklim PBB COP30, para otoritas, pakar, dan perwakilan masyarakat sipil menyerukan komitmen etis global untuk memandu upaya internasional dalam menghadapi perubahan iklim dalam diskusi Global Ethical Stocktake: An Ethical Mutirão for Climate Action (Upaya Kolektif Etis untuk Aksi Iklim).
Pertemuan tersebut memaparkan perjalanan Global Ethical Stocktake (GES), sebuah inisiatif yang menjadi bagian dari arsitektur kepemimpinan COP30. Sepanjang tahun, GES telah mengumpulkan masukan dari berbagai sektor komunitas adat, masyarakat sipil, pemerintah lokal, kelompok keagamaan, akademisi, dan pemuda untuk menyusun prinsip-prinsip etis yang mendukung pelaksanaan perjanjian iklim yang telah disepakati.
“Proses ini membuka jalan menuju peta untuk mengarahkan kita ke titik aman dari model yang lebih adil, lebih berkelanjutan, yang tidak meninggalkan siapa pun, dan memungkinkan kita hidup damai di antara masyarakat, dengan diri kita sendiri, dan dengan alam,” kata Menteri Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Brasil (MMA), Marina Silva, dikutip, Jumat (21/11).
Marina juga memperingatkan tentang munculnya etika keadaan, yang ditandai dengan merosotnya nilai-nilai fundamental dan relativisasi fakta. Menurut Marina, upaya global harus berpijak pada prinsip yang memberikan stabilitas terhadap komitmen pada keadilan dan kebebasan.
Masyarakat Menginginkan Aksi Iklim
Mantan Presiden Irlandia sekaligus pemimpin bersama Dialog Regional GES di Eropa, Mary Robinson, menilai mobilisasi etis memperluas konsep tradisional Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional (NDC).
Ia mengingat kembali diskusi dalam “Spreading Hope Conference” di Roma, dan menyatakan bahwa kini muncul sebuah gerakan yang ia sebut “kontribusi yang ditentukan oleh rakyat.” Gerakan ini mencerminkan harapan masyarakat terhadap respons yang lebih ambisius terhadap pemanasan di atas 1,5°C.
“Masyarakat menginginkan aksi iklim. Ini menunjukkan kekhawatiran yang meningkat terhadap ekosistem sensitif, seperti terumbu karang dan Amazon,” katanya.
Senada, Direktur Divisi Dukungan Antar-Pemerintah dan Kemajuan Kolektif UNFCCC, Cecilia Kinuthia-Njenga, menyinggung pengalaman Global Stocktake pertama dari Perjanjian Paris yang diselesaikan di COP28, dan menekankan bagaimana GES memajukan partisipasi sosial.
Kinuthia-Njenga juga menegaskan nilai-nilai etis mulai memengaruhi negosiasi multilateral secara nyata. “Keputusan-keputusan akan dipandu oleh prinsip-prinsip seperti keadilan, solidaritas, dan tanggung jawab bersama,” kata dia.
Sebagai informasi, proses GES selaras dengan komitmen yang ditandatangani hampir 200 negara terkait energi terbarukan, efisiensi energi, pencegahan deforestasi, dan transisi berkeadilan. Diskusi tersebut menghasilkan rekomendasi yang akan diserahkan kepada Presidensi COP30 dan UNFCCC dalam sebuah Laporan Global, yang memuat pedoman prioritas untuk para kepala negara dan negosiator.
Dokumen tersebut berisi prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan, solidaritas, dan kerja sama multilateral, dengan fokus pada implementasi perjanjian iklim yang telah disepakati, khususnya Perjanjian Paris dan keputusan COP28.
