Jawab Tantangan Iklim, BRIN Dorong Sistem Minapadi dan Akuaponik

Image title
18 Desember 2025, 11:26
BRIN, minapadi, akuaponik
ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/foc.
Pengunjung memberi makan ikan di obyek wisata minapadi Samberembe, Candi Binangun, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong integrasi pertanian dan perikanan melalui sistem minapadi dan akuaponik, yang dinilai mampu menjawab tantangan ketahanan pangan, perubahan iklim, serta keterbatasan lahan dan sumber daya air.

Kepala Pusat Riset Budidaya Air Tawar BRIN, Fahrurrozi, mengatakan integrasi produksi padi dan ikan memiliki relevansi tinggi bagi ketahanan pangan nasional, mengingat beras merupakan pangan utama masyarakat Indonesia.

“Sistem padi–ikan tidak hanya berpotensi meningkatkan produktivitas padi secara berkelanjutan, tetapi juga menambah sumber protein hewani sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem pertanian,” kata Fahrurrozi, Kamis (18/12).

Tak hanya itu, pengembangan sistem pertanian–perikanan terpadu menjadi semakin penting di tengah tekanan perubahan iklim dan meningkatnya kebutuhan pangan.

Senada dengan itu, Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, Puji Lestari, mengatakan sistem minapadi melibatkan budidaya ikan, seperti nila, ikan mas, atau lele, yang dilakukan secara bersamaan maupun bergantian di lahan sawah.

“Meskipun memiliki potensi yang besar, penerapan minapadi masih menghadapi tantangan teknis dan kelembagaan,” kata Puji.

Perlu Penelitian Mendalam

Oleh karena itu, diperlukan penelitian mendalam terkait optimalisasi rasio tanam dan tebar, pengelolaan air yang efisien, serta analisis sosial ekonomi agar sistem ini dapat diterapkan secara lebih luas dan berkelanjutan. 

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Budidaya Air Tawar BRIN, Eri Setiadi, mengatakan penerapan sistem minapadi terbukti mampu meningkatkan produktivitas padi dan ikan secara simultan. Pada sistem intensif, produktivitas padi dapat mencapai lebih dari 11 ton per hektare, disertai hasil panen ikan yang signifikan.

"Selain meningkatkan produksi, sistem ini juga berkontribusi pada pengurangan penggunaan pupuk kimia hingga sekitar 50%, peningkatan efisiensi air, serta perbaikan kesehatan tanah dan lingkungan sawah," kata Eri. 

Eri menilai minapadi tidak hanya berdampak pada peningkatan hasil, tetapi juga pada keberlanjutan ekosistem pertanian.

Lebih lanjut, Eri menguraikan berbagai desain teknis minapadi, mulai dari parit tepi, parit tengah, hingga kombinasi kolam dalam dengan saluran sawah. Ia menekankan bahwa pemilihan desain, kepadatan tebar ikan, dan manajemen air harus disesuaikan dengan karakteristik lahan serta kapasitas petani.

Selain minapadi, pengembangan akuaponik juga menjadi bagian penting dari sistem pangan berkelanjutan yang didorong BRIN. Akuaponik mengintegrasikan ikan, tanaman, dan mikroorganisme dalam satu sistem resirkulasi air yang efisien, sehingga relevan untuk wilayah dengan keterbatasan lahan dan air, termasuk kawasan periurban dan urban.

“Sistem ini memungkinkan produksi ikan dan sayuran secara bersamaan dengan penggunaan air yang jauh lebih hemat dibandingkan sistem konvensional,” ucapnya.

Berbagai model akuaponik telah dikembangkan di Indonesia, mulai dari surface flow, bottom flow atau nutrient film technique, ebb-tide, hingga RASponic yang mengombinasikan sistem resirkulasi akuakultur dengan hidroponik.

Sejumlah model tersebut menunjukkan potensi produksi ikan dan sayuran dalam waktu relatif singkat dengan efisiensi sumber daya yang tinggi, sehingga membuka peluang pengembangan usaha pangan terpadu berbasis teknologi.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nuzulia Nur Rahmah

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...