Emil Salim Sebut Banjir Sumatra Terjadi Akibat Kesalahan Tata Kelola Lahan

Image title
22 Desember 2025, 15:26
Foto udara kawasan bantaran sungai yang terdampak banjir bandang di Padang Pariaman, Sumatera Barat, Minggu (21/12/2025). Pemprov Sum menetapkan tiga prioritas utama dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi (rehab-rekon) pascabencana, yakni pembang
ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/bar
Foto udara kawasan bantaran sungai yang terdampak banjir bandang di Padang Pariaman, Sumatera Barat, Minggu (21/12/2025). Pemprov Sum menetapkan tiga prioritas utama dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi (rehab-rekon) pascabencana, yakni pembangunan hunian tetap, perbaikan infrastruktur dasar, serta pemulihan fasilitas publik untuk memastikan masyarakat terdampak dapat segera bangkit dan kembali beraktivitas secara normal.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup periode 1983–1993, Emil Salim, menyampaikan pesan tegas agar bencana banjir yang baru saja terjadi di berbagai wilayah Indonesia tidak kembali terulang. Ia menekankan banjir tersebut merupakan pelajaran mahal dari kekeliruan dalam pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam.

“Banjir tidak boleh terulang kembali di pelosok tanah air kita. Kita belajar bahwa di dalam cara pengelolaan sumber daya alam yang terjadi adalah kerusakan alam di dalam pembangunan,” ujar Emil Salim dalam acara JUSTCOP, refleksi akhir tahun, Senin (22/12).

Menurut Emil, banjir bukan semata peristiwa alam, melainkan konsekuensi dari pembangunan yang keliru, terutama yang mengabaikan fungsi lingkungan dan daya dukung alam.

“Keliru membangun suatu hal yang menyebabkan arus air atau tanah terkuras dan air tidak bisa melarik dengan baik. Keliru pembangunan yang merusak hutan, menimbulkan gelondongan pohon yang menyebabkan banjir tersebut,” katanya.

Ia menegaskan bahwa penyebab utama bencana ini berasal dari kerusakan hutan dan tata kelola ruang yang salah. Namun demikian, Emil mengingatkan agar pelajaran dari bencana ini tidak diabaikan. Menurutnya, korban jiwa yang berjatuhan merupakan harga mahal yang harus dibayar akibat kesalahan tersebut.

“Jangan kita abaikan pelajaran dari kekeliruan ini. Jangan terulang kembali kekeliruan ini. Ratusan jiwa yang telah jadi korban adalah biaya yang telah kita bayar akibat kekeliruan ini,” tegasnya.

Ia mengajak semua pihak untuk belajar dari bencana ini tanpa saling menyalahkan individu atau kelompok tertentu, melainkan dengan fokus pada akar persoalan. Menurut Emil, kesalahan utama terletak pada perencanaan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan.

“Yang salah adalah land use plan. Yang salah adalah rencana penggunaan lahan. Yang salah adalah lokasi pembangunan yang tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan. Yang keliru adalah pengabaian terhadap kelestarian alam lingkungan,” ujarnya.

Ia menekankan praktik-praktik keliru tersebut tidak boleh terus berulang, terlebih setelah jatuhnya korban manusia.

“Hal ini yang tidak boleh diulang. Jadi korban telah jatuh. Jangan kita tinggal menyesalkan saja,” tandasnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nuzulia Nur Rahmah

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...