Menteri ESDM: Pemanfaatan Energi Terbarukan Dorong Pemulihan Ekonomi
Permintaan sektor energi sedang terdampak pandemi corona. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan kondisi ini dapat menjadi momentum mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan atau EBT.
Pemanfaatan energi bersih dapat meningkatkan perekonomian nasional. Lapangan kerja baru akan tercipta dan emisi karbon di negara ini berkurang. “EBT dapat menjadi strategi kita dalam mendorong pemulihan roda perekonomian nasional pasca pandemi Covid-19," kata dia dalam Launching Virtual The 9th Indo EBTKE ConEx 2020, Jumat (9/10).
Sebagai upaya untuk mempercepat proses transisi energi dan meningkatkan investasi, Kementerian ESDM sedang menyiapkan sejumlah kebijakan pendukung. Termasuk rancangan peraturan presiden atau Perpres yang mengatur pembelian energi listrik baru terbarukan oleh PLN.
Pemerintah juga membentuk pasar baru EBT melalui program energi terbarukan berbasis pengembangan industri (renewable energy based industrial development) dan ekonomi (renewable energy based on economic development).
Tujuan program itu adalah mempercepat pemakaian energi baru terbarukan di kawasan industri dan ekonomi khusus. “Dan mendukung pengembangan pengembangan ekonomi khusus di kawasan 3T, yaitu terpencil, terluar dan terdepan," katanya.
Pemerintah menargetkan bauran EBT mencapai 23% pada 2025 dan akan meningkat menjadi 31% pada 2050. Pemanfaatannya menjadi terbesar dibanding bauran energi lainnya. Untuk energi minyak bumi pemakaiannya akan menurun menjadi sekitar 20% pada 2050.
Energi Bersih Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Sebelumnya, Institute for Essential Services Reform (IESR) menyarankan agar peralihan pembangkit energi fosil ke pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dapat segera direalisasikan. Peralihan tersebut dinilai dapat berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan penggunaaan paket stimulus untuk pengembangan energi bersih diyakini dapat menjadi strategi pemerintah dalam proses pemulihan ekonomi akibat pandemi corona. Pasalnya, ketika krisis keuangan 2008-2009, beberapa negara yang memberikan stimulus dan insentif untuk energi terbarukan justru mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang bagus.
Fabby mencontohkan negara-negara Uni Eropa yang ketika itu memberikan stimulus 0,3% dari pendapatan domestik bruto (PDB) untuk pengembangan energi bersih mendapatkan kenaikan pertumbuhan ekonomi mencapai 0,6-1,1%.
"Stimulus sedikit dampaknya tiga sampai lima kali lipat dari sisi pertumbuhan ekonomi. Jadi kalau pemerintah alokasikan ke infrastruktur bersih maka dampaknya secara pertumbuhan ekonomi bisa maksimal dampaknya," katanya pada 14 Agustus lalu.
Berdasarkan studi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, perekonomian Indonesia bisa tumbuh lebih tinggi dan berkualitas dengan mengintegrasikan energi rendah karbon.
Integrasi itu juga dapat mengurangi efek gas rumah kaca dan mencegah perubahan iklim. "Pengembangan EBT bisa jadi pemulihan ekonomi yang efektif karena memberikan multiplier effect besar dan beri dampak pertumbuhan ekonomi tinggi, sekaligus mengurangi emisi," ujarnya.