Pembangkit Fosil Bertambah Lebih Cepat, Ini Strategi Genjot Bauran EBT

Image title
16 Desember 2021, 16:19
ebt, energi terbarukan, energi baru terbarukan
ANTARA FOTO/Olha Mulalinda/aww.
Petugas mengecek panel surya di Kampung Wejim Timur, Distrik Kepulauan Sembilan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Rabu (3/2/2021).

Kementerian ESDM mencatat capaian bauran energi terbarukan hingga saat ini telah mencapai 11,1%. Angka ini turun dibandingkan capaian tahun lalu 11,2%. Bahkan pada akhir kuartal III tahun ini bauran energi baru terbarukan (EBT) sempat menyentuh 10,9%.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan dari segi persentase, bauran EBT RI saat ini memang mengalami penurunan.

"Dari sisi megawatt hour dan kiloliter ini naik. Tapi kenaikannya masih kalah cepat dibandingkan dengan masuknya pembangkit listrik fosil yang sudah dibangun 2-4 tahun sebelumnya," kata dia dalam Bisnis Indonesia Business Challenges - Day 2 - Arah Bisnis 2022: Momentum Kebangkitan Ekonomi, Kamis (16/12).

Oleh karena itu, pemerintah memastikan tak akan ada lagi pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara baru setelah 2026. Pemanfaatan PLTU akan dilakukan hingga masa kontrak berakhir.

Selanjutnya, pemerintah akan menggenjot pengembangan pembangkit EBT, Bahan Bakar Nabati (BBN)/Biofuel dan program cofiring atau pencampuran biomassa dengan batu bara pada pembangkit listrik.

Selain itu, pemerintah juga akan melakukan pemanfaatan sumber energi panas bumi secara langsung atau berbasis non listrik guna mendukung industri. Pasalnya, wilayah kerja panas bumi selama ini digunakan untuk pemanfaatan tidak langsung.

Sehingga dalam empat tahun ke depan, pemerintah dapat menambah capaian peningkatan bauran EBT sesuai target yang sudah ditetapkan yakni 23% pada 2025. Adapun pada tahun ini pemerintah sendiri menargetkan penambahan kapasitas pemabngkit EBT sekitar 300 hingga 400 megawatt (MW).

"Secara bertahap akan naik sehingga 2025 bertambah 10.300 MW. Jadi 10.300 MW dari triwulan tiga 2021 dibutuhkan untuk mencapai target 23 persen 2025," katanya.

Pemerintah juga telah menerbitkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030 dengan tambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 40,6 gigawatt (GW). Rinciannya, porsi pembangkit energi baru terbarukan (EBT) ditetapkan 51,6% dan fosil 48,4%.

"Selama 10 tahun ke depan akan ada penambahan 20,3 GW. ini kira-kira 52 persen dari total pembangkit baru yang akan masuk ke jaringan PLN," ujarnya.

Reporter: Verda Nano Setiawan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...