Masih Minim, Pemda Kaltim Percepat Penggunaan EBT di IKN
Pemerintah daerah Kalimantan Timur (Pemda Kaltim) mendorong penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) di Ibu Kota Negara (IKN). Bauran EBT di wilayah itu ditargetkan meningkat hingga 12,39% pada 2025 dari kondisi saat ini yang hanya 7,24% pada 2022.
Analis Kebijakan Ahli Muda Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kalimantan Timur Sonny Widyagara Nadar mengungkapkan rencana pembangunan IKN Nusantara di Kaltim membuat energi hijau memegang peranan penting. Ini sesuai dengan komitmen pemerintah yang ingin mencapai Net Zero Emission atau bebas emisi nasional pada 2060, dan mengejar target bauran EBT sebesar 23% pada 2025.
Namun demikian, Sonny mengatakan target-target tersebut sulit untuk dicapai, terlebih pembangkit listrik di Kaltim masih didominasi pembangkit fosil yang bukan termasuk energi bersih.
Berdasarkan data Dinas ESDM Kaltim, porsi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mencapai 17 unit dengan total kapasitas hingga 835 Megawatt (MW). Kemudian disusul Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) sebanyak 6 unit dengan kapasitas 282 MW, serta Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebesar 233 MW.
Sementara itu, pembangkit berbasis EBT yang telah terhubung ke jaringan PLN masih berskala kecil karena mengalami sejumlah kendala. Salah satunya, memiliki biaya investasi yang tinggi serta proses produksi listrik yang masih terputus-putus.
"Bauran EBT saat 2022 yaitu mencapai 7,24%. Kami banyak terbantu oleh program B30 dan sekarang ada program B35," ujar Sonny dalam acara Workshop Jelajah Energi Kaltim, Selasa (5/9).
Dia mengatakan, program Biodiesel 30% atau B30 dan B35 yang diterapkan tahun ini berhasil meningkatkan bauran EBT di Kaltim.
Potensi EBT di Kaltim Besar
Tercatat, potensi EBT di Kaltim tergolong cukup besar. Jika dirinci, potensi Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA) mencapai 2.118,80 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM), dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) mencapai 3.112 Kilowatt (KW).
“Serta Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) mencapai 13.479 MW, lalu Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) mencapai 212 MW serta potensi bioenergi secara total 1.086,14 MW,” kata dia.
Tak hanya itu, Sonny menyebutkan untuk bauran energi Kaltim pada 2015 secara total mencapai 8,93 Million Tonne Of Oil Equivalent (MTOE). Dari jumlah tersebut, energi minyak mengampit porsi paling besar mencapai 67,71% lalu disusul dengan energi gas sebesar 24%.
Kemudian, sektor batubara menyumbang sekitar 5,16% dari total kebutuhan yang ada, serta porsi EBT yang mencapai hingga 3,13%.
“Jadi kami memprediksi pada 2025 mendatang, konsumsi energi Kalimantan Timur diprediksi mencapai 11,8 MTOE. Di mana porsi minyak berangsur turun mencapai 50,15%,”
Selanjutnya, porsi gas meningkat menjadi 25%, porsi batubara turut meningkat mencapai 12,24% dan bauran EBT meningkat hingga 12,39%.
Sementara itu, selama periode 2018-2022 PLTA menjadi pembangkit EBT dengan kapasitas terpasang paling besar di Indonesia. Sedangkan kapasitas EBT lainnya jauh lebih rendah.
Padahal, menurut International Renewable Energy Agency (IRENA), potensi EBT terbesar Indonesia justru adalah energi surya.
Dalam laporan Indonesia Energy Transition Outlook (Oktober 2022), IRENA memperkirakan potensi energi surya Indonesia mencapai 2.898 gigawatt (GW), sedangkan potensi energi air hanya 94,6 GW.