Kementerian ESDM Siapkan Strategi untuk Genjot Realisasi Bauran EBT
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyiapkan sejumlah strategi untuk mendorong pencapaian target bauran energi baru terbarukan (EBT). Pasalnya, hingga semester I tahun ini bauran EBT baru mencapai 12,5% atau belum mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 17,9%.
“Tentunya kita punya strategi dan upaya untuk meningkatkan bauran EBT agar bisa mencapai target 17,9% itu,” ujar Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Yudo Dwinanda dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Jakarta, Rabu (15/11).
Yudo juga menyebutkan, capaian bauran energi terbarukan nasional pada 2022 juga tidak tercapai, yakni hanya mencapai 12,3% dari target yang ditentukan sebesar 15,7%. Untuk itu, Kementerian ESDM sudah menyusun strategi agar bauran EBT di tahun ini bisa tercapai.
Strategi pertama, pemerintah akan menambah kapasitas pembangkit EBT sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dan memastikan commercial operation date (COD) bisa berjalan tepat waktu. Selain itu, Kementerian ESDM juga mendorong percepatan proses pengadaan.
“Kami akan dorong pemanfaatan bendungan Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) baik untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) maupun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung,” kata dia.
Selanjutnya, Yudo menyebutkan untuk strategi kedua yakni dengan mengimplementasikan program PLTS Atap dengan target sebesar 3,37 Gigawatt (GW) di 2025. Tak hanya itu, Kementerian ESDM juga akan menjalankan program pemerintah yakni, penggunaan bahan bakar B35 atau B40 untuk transportasi dengan target sebesar 13,9 juta kL di 2025.
Adapun B35 merupakan campuran biodiesel dari fatty acid methyl esther (FAME) minyak kelapa sawit sebesar 35% ke dalam komposisi BBM Solar maupun Dexlite. Sedangkan B40 memiliki arti yang sama dengan B35, tetapi memiliki kandungan minyak kelapa sawit sebesar 40%.
“Lalu Kementerian ESDM juga akan mendorong program co-firing biomassa pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan target 10,2 juta ton biomassa di 2025,” kata dia.
Selain itu, Yudo mengatakan bahwa pihaknya juga akan melaksanakan program mandatori manajemen energi sesuai dengan Peraturan Presiden No 33 tahun 2023, tentang Konservasi Energi dan perluasan Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM) pada peralatan pemanfaat listrik.
“Kami juga akan melakukan pemanfaatan EBT off grid, penyediaan akses energi modern melalui EBT di lokasi tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Eksplorasi panas bumi oleh pemerintah, dan pemanfaatan langsung EBT non-listrik," kata dia.
DEN Prediksi Target EBT 23% pada 2025 Sulit Tercapai
Sebalumnya, Dewan Energi Nasional alias DEN memproyeksikan target bauran energi baru dan terbarukan atau EBT sebesar 23% dalam energi primer nasional pada 2025 sulit tercapai. Bauran EBT cenderung menyusut karena minimnya pengalihan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara baru.
Anggota DEN Herman Darnel Ibrahim pesimistis target tercapai karena untuk mengejar target 23% diperlukan penambahan kapasitas sekitar 12 gigawatt (GW) pemanfaatan EBT dalam waktu dua tahun.
Hingga saat ini, pemanfaatan EBT dalam bauran energi nasional sekitar 12,3%. Apalagi, berdasarkan data Kementerian ESDM yang mencatat pertumbuhan bauran EBT di energi primer hanya naik 0,1% sepanjang 2022.
"Sudah terlambat untuk mengejar target 23% pada 2025. Mohon maaf, mungkin perlu cari orang pintar yang bisa menyulap pakai ilmu luar biasa," kata Herman dalam diskusi bertajuk 'Bagaimana strategi Indonesia mencapai target bauran 23% energi terbarukan pada tahun 2025?' pada Kamis (27/7).
Herman memberikan opsi lanjutan untuk mempertahankan tingkat pemanfaatan EBT agar lebih tinggi dari pertumbuhan pemanfaatan energi fosil. Satu di antaranya yakni mendesak PLN untuk menaati amanat Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 26 Tahun 2021 tentang PLTS Atap.
Regulasi itu mengatur kapasitas instalasi PLTS atap paling tinggi 100% dari total daya listrik pelanggan rumah tangga maupun industri. Dia menilai aturan tersebut dapat meningkatkan bauran EBT di energi primer nasional.