Adani Green Energy Investasi Rp 17 T Tingkatkan Kapasitas EBT 530%
Adani Green Energy India mengatakan pemegang saham utamanya akan menginvestasikan 93,50 miliar rupee (US$ 1,12 miliar atau Rp 17 triliun) di perusahaan tersebut untuk memperluas kapasitas energi terbarukan.
"Perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 63,1 juta waran secara preferensial dengan harga penerbitan Rp 1.481 per waran. Setiap waran dapat dikonversi menjadi satu saham ekuitas," katanya dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Reuters, Rabu (27/12)
Dana tersebut akan digunakan untuk mengurangi utang perusahaan dan mempercepat investasi di berbagai proyek.
Menurut memo pemerintah pada bulan April, India berupaya meningkatkan kapasitas non-fosil, termasuk energi surya dan angin, hingga 500 gigawatt (GW) pada 2030 setelah gagal mencapai target untuk memasang kapasitas energi terbarukan sebesar 175 GW pada 2022.
Negara penghasil gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia ini juga berupaya meningkatkan pangsa kapasitas non-fosil menjadi 50% pada 2030, dari 42,6% saat ini.
Dalam siaran persnya, Adani Green mengatakan pihaknya kini memiliki telah lengkap untuk mencapai target kapasitas energi terbarukan sebesar 45 GW pada 2030 dari 8,4 GW saat ini. Iti berarti meningkatkan kapasitas EBT hingga 530%.
Perusahaan sejauh ini telah mengumpulkan dana sebesar US$ 3 miliar untuk kapasitas terbarukan. Dana tersebut terdiri dari pinjaman ramah lingkungan sebesar US$ 1,36 miliar dari konsorsium bank internasional, dan penggalangan dana terpisah sebesar US$ 1,44 miliar yang mencakup usaha patungan senilai US$ 300 juta dengan TotalEnergies asal Prancis.
Adani Group, perusahaan induk Adani Green, berencana mengumpulkan dana hingga US$ 4 miliar untuk rencana hidrogen ramah lingkungannya, menurut sebuah laporan di bulan Oktober.
Saham Adani Green ditutup naik 4,4% setelah berita tersebut tetapi masih turun lebih dari 17% tahun ini, setelah laporan short-seller AS Hindenburg pada bulan Januari memicu kemerosotan pada entitas terdaftar Grup Adani.
Berdasarkan data IEA, komitmen investasi terbesar di skala global untuk pengembangan energi hidrogen berasal dari Jerman, yakni mencapai US$10,3 miliar pada 2021.
Sedangkan di kawasan Asia, komitmen investasi paling besarnya berasal dari Jepang, yakni US$6,5 miliar.