Indonesia Targetkan Konsumsi Biomassa 2,8 Juta Ton di 2024

Hari Widowati
19 Januari 2024, 12:53
Ilustrasi biomassa untuk co-firing PLTU
PLN
Petugas PLN melakukan pengecekan terhadap biomassa yang berasal dari serbuk kayu untuk digunakan sebagai substitusi bahan bakar batu bara atau co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Cilegon, Banten.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indonesia menargetkan konsumsi biomassa untuk co-firing pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) naik hingga tiga kali lipat menjadi 2,83 juta metrik ton di tahun 2024, dari 991.000 ton yang dikonsumsi tahun lalu. Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk mengurangi emisi karbon dari sektor energi.

Di Indonesia, batu bara menyumbang 67% dari bauran energi di pembangkit listrik pada tahun 2023. Hal ini menyebabkan Indonesia menjadi salah satu penghasil emisi karbon terbesar di dunia.

"Kami memiliki batu bara yang cukup, tetapi ini adalah upaya untuk mengurangi pembangkit listrik tenaga batu bara dan mengurangi emisi karbondioksidanya," ujar Jisman Parada Hutajulu, Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), seperti dikutip Reuters, Kamis (18/1).

Hampir sepertiga dari biomassa tersebut akan berasal dari serbuk gergaji, dan sisanya berasal dari serpihan kayu, sekam padi, dan limbah inti sawit.

Tahun ini, 47 PLTU batu bara diperkirakan akan mencampurkan sekitar 3% sampai 5% biomassa dalam bahan bakar mereka, naik dari 43 pembangkit listrik tahun lalu. "Secara teknis, pembangkit listrik tenaga batu bara dapat menggunakan campuran biomassa hingga 10% tanpa modifikasi yang berarti," kata Jisman.

Sebelumnya, Vice President of Bio Energy PLN Energi Primer Indonesia (EPI) Anita Puspita Sari mengatakan, PLN menargetkan kebutuhan biomassa hingga mencapai 10,2 juta ton pada 2025. Penggunaan biomassa itu untuk mensubstitusi 10% kebutuhan batu bara. Dia menyebutkan, biomassa bisa menciptakan bauran energi sebesar 12%.

“Rata-rata biomassa hanya bisa menciptakan bauran energi 12% pada 2025, karena kami lakukan secara bertahap dan PLTU memang didesain untuk batu bara,” ujarnya saat ditemui Katadata.co.id, di sela acara PLN Nusantara Power, Jakarta, Selasa (12/9).

Anita mengatakan, implementasi co-firing biomassa memang tidak mudah karena batu bara yang sejatinya digunakan untuk pembangkit listrik PLTU. Jadi, biomassa yang digunakan tentunya harus memiliki spesifikasi yang hampir sama dengan batu bara.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...