Mesir Bakal Tarik Investasi Rp 624 Triliun untuk Hidrogen Hijau

Ringkasan
- Penyusunan SNDC harus mempertimbangkan ambisi, pendanaan, kredibilitas, dan transparansi, serta memastikan keselarasan dengan skenario 1,5 derajat celcius.
- Pemerintah perlu meningkatkan target mitigasi emisi di sektor energi dengan menetapkan target bauran energi terbarukan, serta mengevaluasi strategi penurunan emisi untuk menutup kesenjangan dengan target skenario 1,5 derajat celcius.
- Pemerintah perlu mempertimbangkan potensi emisi siklus hidup dari biomassa dan ketersediaan bahan baku dalam menetapkan strategi cofiring biomassa untuk menurunkan emisi di sektor ketenagalistrikan.

Pemerintah Mesir menandatangani tujuh kesepakatan dengan tujuh pengembang internasional untuk mengimplementasikan proyek energi terbarukan dan hidrogen hijau. Kesepakatan-kesepakatan itu akan membawa investasi senilai lebih dari US$40 miliar atau lebih dari Rp 624 triliun dalam satu dekade mendatang.
Perjanjian-perjanjian tersebut ditandatangani oleh Menteri Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi dan Ketua Sovereign Fund of Egypt (TSFE) Hala El-Said, Ketua Otoritas Umum untuk Zona Ekonomi Terusan Suez (SCZone) Waleed Gamal El-Din, Ketua Otoritas Energi Baru dan Terbarukan (NREA) Mohamed El Khayat, dan Anggota Dewan Direksi untuk Studi dan Desain dan Pengawas Sektor Proyek Pusat di Perusahaan Transmisi Tenaga Listrik Mesir (EETC) Khaled Abdel Karim Hassan.
Ketujuh perusahaan global yang bakal terlibat dalam pengembangan proyek energi terbarukan dan hidrogen hijau di Mesir ini adalah Bash Global, Smart Energy, Gamma Construction and Meridiam, SK E&C Plant-C&C North Africa, El Tokkel Geela, AMM Power, dan United Energy Group.
Media lokal Daily News Egypt melaporkan, perjanjian ini mencakup berbagai proyek, termasuk produksi hidrogen hijau, amonia hijau, dan energi terbarukan. Proyek-proyek tersebut diharapkan akan berlokasi di Zona Ekonomi Terusan Suez.
El-Said mengatakan perjanjian tersebut merupakan langkah baru bagi TSFE dalam rangkaian kemitraan investasi dengan perusahaan-perusahaan besar dunia untuk membangun proyek-proyek hidrogen hijau di Zona Ekonomi Terusan Suez.
Dia menambahkan bahwa perjanjian tersebut diharapkan dapat mendatangkan investasi sebesar US$12 miliar (Rp 187,2 triliun) untuk fase percontohan dan US$29 miliar (Rp 452,4 triliun) untuk fase pertama. Total nilai investasi untuk proyek-proyek tersebut mencapai US$40 miliar (Rp 624 triliun) selama sepuluh tahun.