Pemerintah Bangun Pusat Industri Panel Surya di Jateng dan Rempang

Rena Laila Wuri
5 Maret 2024, 15:17
Petugas merawat panel surya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pulau Mecan, Batam, Kepulauan Riau, Selasa (12/12/2023). PLTS berkapasitas 15 kWp bantuan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangg
ANTARA FOTO/Teguh Prihatna/nz
Petugas merawat panel surya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pulau Mecan, Batam, Kepulauan Riau, Selasa (12/12/2023). PLTS berkapasitas 15 kWp bantuan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga serta fasilitas umum seperti puskesmas dan masjid.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Program Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap dapat mendongkrak pembangunan industri hulu panel surya atau solar cell atau panel surya Indonesia. Pemerintah diketahui tengah merencanakan pembangunan industri panel surya di Jawa Tengah (Jateng) dan Pulau Rempang, Batam.

Plt Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) , Jisman P Hutajulu, mengatakan Indonesia punya potensi pasir silika yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung industri sel surya.

Pasir silika atau kuarsa merupakan salah satu material tambang yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan sel panel surya.

“Program PLTS Atap ini dapat mendukung rencana pembangunan industri hulu solar cell yang direncakan di Jawa Tengah dan Pulau Rempang,” kata Jisman dalam Sosialisasi Peraturan Menteri Nomor 2 Tahun 2024 tentang PLTS Atap yang Terhubung dengan Jaringan Pemegang IUPTLU, di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (5/3).

Selain itu, kata Jisman, program PLTS Atap juga dapat mendorong produksi modul surya dalam negeri. Pasalnya, pemerintah menargetkan jumlah produksi listrik sebesar 1 gigawatt (GW) dari PLTS Atap yang terhubung dengan jaringan PLN, serta 0,5 GW dari PLTS Atap non-PLN untuk setiap tahunnya.

Dengan asumsi kapasitas 1 modul surya 450 Wp (watt peak), maka diperlukan produksi sekitar 3,3 juta panel surya. Hal itulah yang akan mendorong tumbuhnya industri modul surya di Indonesia.

Melalui program PLTS Atap, pemerintah mengajak masyarakat ikut berkontribusi langsung dalam pemanfaatan energi hijau. Serta meningkatkan kesadaran dalam melakukan efisiensi energi khususnya di siang hari dengan memaksimalkan energi dari PLTS Atap.

Realisasi Pengembangan PLTS Atap di Indonesia

PT PLN (Persero) mencatat realisasi pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap baru mencapai 149 Megawatt peak (MWp) per Januari 2024. Angka tersebut masih jauh dari target pemerintah sebesar 3,6 gigawatt (GW) di 2025.

Direktur Retail dan Niaga PLN, Edi Srimulyanti, mengatakan realisasi PLTS Atap tumbuh setiap tahunnya meskipun targetnya masih di bawah pemerintah. Pelanggan PLTS atap melonjak 2 kali lipat pada 2023 jika dibandingkan tahun sebelumnya.

"Sampai Desember itu ada 141 MWp dibandingkan dengan 2022 itu baru 80 MWp,” kata Edi dalam Sosialisasi Peraturan Menteri Nomor 2 Tahun 2024 tentang PLTS Atap yang Terhubung dengan Jaringan Pemegang IUPTLU, di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (5/3).

Secara rinci, realisasi 149 MWp tersebut didominasi di kawasan Jawa-Bali sebesar 125 MWp, Sumatera 8,1 MWp, Kalimantan 3,4 MWp, Sulawesi 2,1 MWp, Nusa Tenggara Barat 0,7 MWp, Maluku 0,6 MWp, Nusa Tenggara Timur 0,4 MWp, dan Papua 0,3 MWp.

Adapun total pelanggan PLTS atap yang tercatat oleh PLN sebanyak 8.491 pelanggan per akhir  2023. Jika dilihat data per Januari 2024, jumlahnya sudah naik menjadi 8.575 pelanggan.

Reporter: Rena Laila Wuri

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...