RI Kembangkan Industri Panel Surya Kapasitas Jumbo dari Hulu ke Hilir
Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi atau Kemenko Marves menyatakan saat ini Indonesia tengah mengembangkan rantai nilai industri panel surya. Pengembangan rantai nilai ini akan dilakukan dari hulu ke hilir.
Potensi kapasitas daya listrik dari panel surya mencapai 207 Gigawatt per tahun,” kata Asisten Deputi Pertambangan Kemenko Marves, Tubagus Nugraha, dalam acara Kick Off Penyusunan Peta Jalan Dekarbonisasi Industri Nikel di Jakarta, Rabu (3/4).
Pengembangan rantai nilai tersebut mulai dari penambangan bahan baku, manufaktur polysilicon, manufaktur wafer, manufaktur solar cell, manufaktur solar module, sistem solar, dan generalisasi listrik energi baru terbarukan.
Tubagus mengatakan, Indonesia memiliki sumber bahan baku untuk memproduksi panel surya seperti batu kuarsa, bijih seng, dan bijih nikel. Menurut data Kemenko Marves, Indonesia punya 211,8 miliar ton sumber batu kuarsa, lalu 700 juta ton sumber daya bijih seng, dan 9,4 miliar bijih nikel.
Bahan baku ini kemudian akan diolah menjadi komponen panel surya seperti polysilicon, wafer, solar cell, solar module. Komponen ini akan digabungkan ke dalam sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS, baik itu module, inverter, atau Balance of System.
Khusus untuk bijih nikel yang menjadi salah satu bahan baku panel surya, Kemenko Marves mencatat sebarannya ada di tujuh provinsi. Kendati demikian, persentase cadangan terbesar ada di Sulawesi Tenggara dengan jumlah 2-,4 juta ton, diikuti Maluku Utara dengan cadangan 16 juta ton, dan Sulawesi Tengah dengan cadangan logam 9,6 juta ton.
Pemerintah sudah memberikan 330 Izin Usaha Pertambangan atau IUP nikel di seluruh Indonesia. Bijih nikel yang sudah ditambang ini akan diolah ke 147 smelter yang dimiliki 137 perusahaan.
Investasi Jumbo Panel Surya Akan Masuk ke Kaltara
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan investasi panel surya atau kaca fotovoltaik senilai US$ 3,5-4 miliar atau sekitar Rp55-Rp62,9 triliun akan masuk ke Kalimantan Utara (Kaltara).
“Akan masuk photovoltaic glass di Kalimantan Utara, itu investasinya 3,5-4 miliar dolar AS,” ujar Luhut seperti dikutip dari Antara, Rabu (20/3).
Luhut mengatakan, komitmen investasi tersebut berhasil diperoleh Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto dalam perjalanan dinasnya di Cina. Seto bertemu dengan salah satu perusahaan yang memproduksi bahan baku panel surya terbesar di dunia dalam perjalanan dinasnya di Shanghai, Cina.
Sebagai informasi, Tiongkok merupakan negara dengan kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terbesar di dunia. Kapasitas PLTS Tiongkok mencapai total 253,8 GW pada 2020.