B40 Diprediksi Hemat Devisa Rp 144 Triliun, Bakal Diimplementasikan 2025
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan penggunaan biodiesel 40 persen atau B40 akan menghemat devisa sekitar US$ 9 miliar atau Rp 144 triliun. Implementasi B40 ditargetkan diterapkan pada 2025.
"Pada 2023, penghematan devisa dari penggunaan B35 pada sektor otomotif dan non-otomotif mencapai Rp 122 triliun," kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, dalam keterangan tertulis yang dikutip Rabu (24/7).
Selain menghemat anggaran, penerapan B40 juga mampun menekan karbon dioksida (C02) mencapai 42,5 juta ton dari estimasi pemakaian 16 juta kiloliter (kl) B40 pada 2025. Ini lebih besar dari pemakaian B35 yang mencapai 12,23 juta kl pada tahun 2023 dan diperkirakan mencapai 13 juta kl hingga akhir tahun 2024.
Kementerian ESDM saat ini tengah melaksanakan uji coba penggunaan biodiesel B40 pada kereta api. Uji coba tersebut dilakukan pada kereta api keberangkatan Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta menuju Stasiun Pasar Senen, Jakarta.
Eniya mengatakan, B40 yang merupakan campuran solar 60% dan bahan bakar nabati dari kelapa sawit 40%, diharapkan menjadi solusi strategis untuk mengurangi konsumsi solar dan emisi gas buang.
"Ini merupakan kick off pertama kali kita memasukkannya ke (sektor) perkeretaapian untuk B40 ini," ujar Eniya.
Eniya mengatakan, uji kinerja terbatas ini bertujuan untuk menguji ketahanan genset KA Bogowonto selama 1.200 jam. Dengan waktu perkiraan satu kali pulang-pergi (PP) KA Bogowonto dari Lempuyangan ke Pasar Senen 22 jam, uji coba ini diperkirakan akan membutuhkan 50 kali perjalanan pulang pergi, atau sekitar dua bulanan.
"Kami berharap semua uji penggunaan bisa selesai Desember ini sehingga penggunaan B40 secara penuh bisa dilakukan 2025," ujarnya.
Melalui program B40 ini, dia mengatakan, pemerintah terus meningkatkan adopsi biodiesel berbasis kelapa sawit di berbagai jenis kendaraan. Sejak empat tahun lalu, pemerintah telah menguji coba B40 pada industri mobil. Tahun ini, uji coba berikutnya pada 2024 akan berfokus pada alat pertanian (alsintan) dan industri perkeretapaian.
Selanjutnya akan ada industri pertambangan dan alat berat, serta alat perkapalan dan pembangkit listrik, yang akan dimulai dalam waktu dekat di Balikpapan, Kalimantan Timur. Secara keseluruhan, diperkirakan diperlukan 16 juta kiloliter B40.
Vice President of Logistics PT KAI, Suryawan Putra Hia, optimistis bahwa peralihan dari B35 ke B40 akan berjalan lancar, mengingat spesifikasinya hampir sama.
Pasalnya, selama ini PT KAI telah menggunakan 300 juta liter bahan bakar B35. Performa mesin kereta api tidak mengalami masalah selama pemakaian B35.
"Nanti mungkin yang B100 yang challenge banget dan kita optimis kalau B40 ini nggak akan berdampak signifikan pada mesin," ujarnya.