Wartsila Energy: Porsi EBT Harus 89% untuk Capai Net Zero Emission pada 2050

Tia Dwitiani Komalasari
30 Juli 2024, 15:17
Warga melintas menggunakan kendaraan roda dua di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Jeneponto dengan latar suasana matahari tenggelam (sunset) di Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Rabu (23/10/2019). Lokasi PLTB Jeneponto
ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Warga melintas menggunakan kendaraan roda dua di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Jeneponto dengan latar suasana matahari tenggelam (sunset) di Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Rabu (23/10/2019). Lokasi PLTB Jeneponto tersebut menjadi salah satu tempat favorit warga setempat untuk menikmati matahari tenggelam.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Grup teknologi Wartsila Energy menyebutkan energi baru terbarukan (EBT) harus menyediakan 89 persen pasokan ketenagalistrikan dunia untuk bisa mencapai komitmen emisi nol bersih (net zero emission) pada 2050.

Director Wartsila Energy, Febron Siregar, mengatakan kapasitas EBT diharapkan meningkat 8 kali lipat pada tahun 2050. Seiring dengan meningkatnya jumlah energi terbarukan, maka dibutuhkan solusi penyeimbang yang fleksibel untuk memastikan stabilitas dan keandalan dari energi terbarukan tersebut. 

“Memilih teknologi yang fleksibel dan tepat untuk sistem tenaga penting untuk menjaga pasokan listrik yang stabil dan dapat diandalkan,” kata dia dalam webinar IABC Power Brain Communication Webinar 2024, sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (30/7).

Sementara itu, Executive Vice President Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PT PLN (Persero) Warsono menyampaikan Indonesia telah memiliki empat pilar teknologi untuk percepatan pengembangan energi terbarukan, dengan skenario pengurangan bertahap penggunaan batu bara.

Pilar pertama terkait target penambahan kapasitas energi terbarukan sebesar 75 persen dan energi berbasis gas 25 persen pada tahun 2040.

PLN juga mengupayakan super grid, sebagai pilar kedua, di mana jaringan transmisi dijadikan sebagai enabler yang mengatasi ketidakcocokan antara potensi energi baru dan terbarukan dengan pusat permintaan.

Pilar ketiga menitikberatkan pada penggunaan secara masif penetrasi tenaga surya dan angin pada sistem kelistrikan melalui pembangkit yang fleksibel dan smart grid.

Terakhir, pilar green emerging technology, yang memaksimalkan penggunaan penyimpanan, Carbon Capture Storage (CCS) atau Carbon Capture, Utlization, and Storage (CCUS), Co-firing Hydroge, Ammonia, dan energi baru seperti nuklir.

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...