KPBB: Ada Kekuatan Tertentu yang Tak Ingin Indonesia Pakai BBM Rendah Emisi

Image title
12 September 2024, 08:29
Petugas berkeliling memantau pengisian bahan bakar minyak (BBM) ke kereta tanker Pertamina di TBBM Kertapati Pertamina, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (10/9/2024). Presiden Joko Widodo menetapkan stok BBM nasional sebesar 9,64 juta barel guna memasti
ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/tom.
Petugas berkeliling memantau pengisian bahan bakar minyak (BBM) ke kereta tanker Pertamina di TBBM Kertapati Pertamina, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (10/9/2024). Presiden Joko Widodo menetapkan stok BBM nasional sebesar 9,64 juta barel guna memastikan cadangan ketersediaan BBM dalam mengatasi fluktuasi harga minyak global dan krisis darurat energi.
Button AI Summarize

Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) menyatakan kendala Indonesia sulit menggunakan bahan bakar minyak (BBM) rendah sulfur yang lebih rendah emisi. Padahal Indonesia sudah mampu menerapkan BBM dengan kadar rendah sulfur dari sisi teknologi maupun teknis.

"Secara teknologi mampu, secara teknis kita mampu, tapi problemnya ada yang teknis tadi bahwa ada kekuatan-kekuatan tertentu yang masih menghendaki bahwa BBM motor itu bisa tetap masuk ke Indonesia," ujar Direktur Eksekutif KPBB, Ahmad Safrudin, dalam Media Gathering "Gagal Lagi, BBM ramah lingkungan untuk Kendaraan EURO4", Rabu (11/9).

Safrudin mencontohkan kesiapan Indonesia dalam mengadopsi BBM rendah sulfur. Hal itu tergambar ketika Presiden Abdurahman Wahid berencana meningkatkan kilang Balongan agar mampu menghasilkan BBM berkualitas tinggi, termasuk standar Euro4.

Namun, pada masa kepemimpinan presiden berikutnya kebijakan tersebut dianulir yang mengakibatkan Indonesia sampai dengan saat ini tidak memiliki kilang untuk memproduksi BBM dengan kualitas tinggi. Akibatnya, sampai dengan saat ini Indonesia masih tergantung pada impor BBM.

"Kita bisa menebak kan siapa yang melobi untuk menghentikan komunikasi peningkatan kualitas kilang cilacap dan balongan. Ya pasti oleh creator import BBM," ujarnya.

Safrudin juga menilai ada skenario yang mengakibatkan Indonesia bergantung pada impor. Saat ini, impor bensin masih mencapai 53% atau sekitar 17 juta kiloliter (KL). Sementara impor solar sekitar 15-20% atau 5 juta KL.

Menurut dia, investasi peningkatan kualitas BBM di Indonesia setidaknya membutuhkan dana sebesar Rp 900 triliun. Investasi tersebut terdiri dari peningkatan kualitas kilang dan industri otomotif nasional.

Safrudi mengatakan,  Indonesia bisa mendapatkan banyak keuntungan ekonomi jika peningkatan kualitas BBM tersebut. Dia mencontohkan perhitungan jika penerapan BBM dengan standar Euro4 dilaksanakan pada 2014, maka setidaknya Indonesia akan dapat merasakan dampak ekonomi hingga RP 3900 triliun pada 2030 .

"Manfaat ekonomi sebesar 3900 triliun yang berasal dari penghematan bahan bakaran, berdua dari peningkatan kesehatan masyarakat dan yang ketiga, berkat dari peningkatan kesehatan masyarakat, maka produktifitas masyarakat ," ujarnya.

Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...