TBS Energi (TOBA) Operasikan Dua Pembangkit EBT Baru pada 2025
PT TBS Energi Utama (TOBA) menargetkan dua proyek pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) di pulau Sumatera akan beroperasi pada 2025. Dua proyek tersebut adalah pembangkit listrik tenaga mini hydro (PLTMH) di Lampung, dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Waduk Tembesi, Batam.
SVP Corporate Strategy & Investor Relations PT TBS Energi Utama, Nafi Achmad Sentausa, mengatakan PLTMH di Lampung memiliki kapasitas 2x3 megawatt (MW) dan ditargetkan beroperasi akhir 2024. Pembangunan proyek di Kabupaten Lampung Barat tersebut dilakukan melalui anak usahanya PT Energi Baru TBS.
"Sekarang progresnya sudah di 80, mungkin sampai 90 persen," ujar Nafi dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (14/11).
Sebagaimana diketahui, PLTMH Sumber Jaya Lampung telah melewati Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) dengan PT PLN (Persero) di 2021.
Selain PLTMH, TOBA bersama dengan PT PLN Nusantara Power (PLN NP) sedang membangun PLTS terapung dengan kapasitas 46 megawatt peak (MWp) di Waduk Tembesi, Batam. Nafi mengatakan TOBA dan PLN NP telah melaksanakan tandatangan perjanjian jual beli listrik atau power purchase agreement (PPA) PLTS terapung tersebut dengan PLN Batam.
"Kita sudah mulai konstruksi. Jadi targetnya tahun depan itu juga sudah mulai beroperasi secara komersial," ujarnya.
Jual Dua PLTU
Rapat Umum Pemegang Saham merestui PT TBS Energi Utama (TOBA) untuk divestasi dua Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara di Sulawesi dan Gorontalo dengan kapasitas 200 megawatt (MW). Penjualan PLTU tersebut dapat mengurangi 80 persen emisi yang dihasilkan perusahaan.
Direktur TBS Energi Utama, Juli Oktarina, mengatakan pelepasan saham tersebut dilakukan secara langsung dan tidak langsung di PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP) kepada PT Kalibiru Sulawesi Abadi.
"RUPS-nya berjalan lancar, Alhamdulillah juga sudah disetujui oleh pemegang saham independen. Jadi tidak ada hambatan, kami akan segera laksanakan,"ujar Juli dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (14/11).
Juli mengatakan, divestasi tersebut akan mengurangi karbon yang dihasilkan oleh TBS secara signifikan yaitu sebesar 20% dari total komposisi karbon yang dikeluarkan saat ini, atau berkurang 1,3 juta ton CO2. Adapun sisa dari emisi karbon yang dimiliki perusahaan setelah menjual aset tersebut berasal dari tambang batu bara yang akan segera habis beroperasi pada 2027.
"Ada tiga tambang kami yang walaupun nanti akan semuanya akan fully mine out (habis) di tahun 2027. Jadi ya memang nanti semakin kecil juga emisi yang akan kami hasilkan," ucapnya.