Kementerian ESDM Pastikan Stok CPO untuk B40 Terpenuhi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), memastikan ketersediaan crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit di dalam negeri tersedia untuk pelaksanaan program B40 pada Januari 2025.
B40 merupakan bahan bakar minyak (BBM) campuran bahan bakar nabati (BBN) dengan komposisi 40 persen minyak kelapa sawit mentah dan 60 persen solar. Sebagaimana diketahui, Indonesia sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, saat ini menggunakan B35, yaitu campuran biodiesel berbasis minyak kelapa sawit sebesar 35%.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, memastikan kebutuhan CPO sebesar 15,6 juta ton CPO untuk implementasi program B40 dapat dipenuhi oleh industri kelapa sawit dalam negeri.
"Insyaallah, kan secara total CPO tersedia," ujar Dadan saat ditemui di Jakarta Convention Center, Selasa (10/12).
Dadan mengatakan, saat ini tengah dilakukan proses pengadaan oleh Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE). Kementerian ESDM juga akan mengumumkan hasil dari uji coba penggunaan B40 pada mesin non otomotif pada pekan ini.
"Satu dua hari ini kita akan melakukan pengumuman ke publik terkait non otomotif, yang otomotif kan sudah dipastikan," ucapnya.
Implementasi B40 Mulai Januari 2025
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan pemerintah Indonesia berkomitmen mulai menerapkan program B40 pada Januari 2025. Hal itu akan menambah kebutuhan minyak sawit mentah atau CPO untuk biodiesel.
"Penerapan B40 adalah kontribusi konkret Indonesia untuk dunia," ujar Airlangga dikutip Reuters, Jumat (29/11).
Airlangga mengatakan penerapan B40 Indonesia akan mengurangi emisi karbon dioksida sekitar 40 juta ton. Ia memastikan badan dana minyak kelapa sawit Indonesia akan dapat membiayai selisih antara biaya bahan bakar berbasis minyak kelapa sawit dan bahan bakar fosil.
Berdasarkan perkiraan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), program B40 akan meningkatkan penggunaan minyak kelapa sawit Indonesia untuk biodiesel menjadi 13,9 juta ton metrik. Angka tersebut naik dari perkiraan 11 juta ton yang dibutuhkan tahun ini dengan B35.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan penggunaan biodiesel 40 persen atau B40 akan menghemat devisa sekitar US$ 9 miliar atau Rp 144 triliun. Implementasi B40 ditargetkan diterapkan pada 2025.
"Pada 2023, penghematan devisa dari penggunaan B35 pada sektor otomotif dan non-otomotif mencapai Rp 122 triliun," kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, dalam keterangan tertulis yang dikutip Rabu (24/7).
Selain menghemat anggaran, penerapan B40 juga mampu menekan karbon dioksida (C02) mencapai 42,5 juta ton dari estimasi pemakaian 16 juta kiloliter (kl) B40 pada 2025. Ini lebih besar dari pemakaian B35 yang mencapai 12,23 juta kl pada tahun 2023 dan diperkirakan mencapai 13 juta kl hingga akhir tahun 2024.