Industri Komponen Energi Terbarukan Diprediksi Paling Potensial pada 2025
Industri komponen energi terbarukan diprediksi menjadi sektor yang paling potensial di Indonesia pada 2025. Hal itu terutama industri yang mendukung kebutuhan target komitmen Prabowo untuk menambah kapasitas energi baru terbarukan sebesar 75 gigawatt (GW).
Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan peluang industri berteknologi tinggi sangat besar untuk tumbuh. Industri tersebut misalnya untuk baterai penyimpanan energi (battery energy saving storage/BESS), komponen panel surya, pembangkit angin dan air.
Sampai dengan 2040, dia mengatakan, Indonesia membutuhkan pembangkit panel surya 27 GW, pembangkit tenaga angin 15 GW, dan pembangkit tenaga hidro khususnya mikro-hidro sebesar 25 GW.
Untuk mendukung keberadaan pembangkit tersebut, dibutuhkan BESS sebesar 32 gw karena energi pembangkit EBt yang sebagian bersifat intermiten atau berjeda.
"BESS ini sangat dibutuhkan misalnya untuk panel surya dan mikro-hidro. Investasi untuk BESS diperkirakan mencapai US$ 6 miliar USD setara Rp 97,8 triliun dalam 15 tahun kedepan," ujar Bhima saat dihubungi Katadata, Kamis (2/1).
Bhima mengatakan, Indonesia harus menguasai komponen baterai dalam negeri, bukan hanya berbasis nikel tapi juga alternatif lain seperti LFP. Industri terkait dengan pembangunan transmisi grid juga potensial.
"Kalau EBT nya didorong pastinya akan butuh transmisi baru dan upgrade transmisi existing," kata Bhima.
Dia mengatakan, semakin cepat Indonesia lakukan transisi energi, maka rantai pasoknya harus segera disiapkan. Investasi yang akan masuk berpotensi menciptakan berbagai industri turunan baru.
Selain itu, Bhima mengatakan, peluang usaha kedua adalah merebut relokasi industri dari Cina saat perang dagang era Trump kembali terjadi. Pabrik yang menghindari kenaikan tarif biasanya mendekati asal bahan baku atau mendekati ke pasar potensial.
"Indonesia memenuhi kriteria dua-duanya, kaya bahan baku sekaligus pasar yang potensial," ujarnya.
Peluang ketiga di sektor hilirisasi produk perikanan dan pertanian yang juga menjadi kunci motor ekonomi yang prospektif tahun depan. "Isu pangan, baik untuk pemenuhan program makan bergizi gratis, kebutuhan domestik dan ekspor, masih jadi champion asalkan punya nilai tambah," ujarnya.