IBC Bakal Dirikan Pabrik Daur Ulang Baterai Nikel pada 2031

Ringkasan
- Industri hulu migas membutuhkan dukungan pemerintah untuk memonetisasi potensi gas bumi jumbo dengan menciptakan kebijakan fiskal yang tepat, memberikan keleluasaan pemilihan PSC, dan memberikan insentif berbasis waktu.
- Temuan sumber daya gas bumi di South Andaman dan Geng North menunjukkan potensi besar Indonesia sebagai tujuan investasi, sehingga dukungan berbagai pihak diperlukan untuk mencapai ketahanan energi nasional.
- Selain dukungan di atas, industri hulu migas juga membutuhkan penetapan harga gas domestik dan infrastruktur untuk memastikan distribusi gas, serta revisi sejumlah kebijakan untuk meningkatkan daya tarik investasi di Indonesia.

Indonesia Battery Corporation (IBC) menargetkan untuk mendirikan pabrik daur ulang baterai kendaraan listrik pada 2031. Pabrik tersebut dapat mendaur ulang baterai kendaraan listrik berbasis nikel yang digunakan sehingga bisa digunakan kembali.
Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC), Toto Nugroho, mengatakan terdapat teknologi menarik yang bisa meldaur ulang baterai nikel yang sebelumnya digunakan untuk kendaraan listrik. Daur ulang tersebut bahkan mencakup lebih dari 99 persen komponen baterai.
"Jadi nikel yang sudah kita gunakan sebagai baterai untuk mobil itu bisa di recycle kembali sehingga nikel nya tuh bisa kita gunakan kembali," ujarnya dikutip dari Youtube Komisi XII, Selasa (18/2).
Dia mengatakan hal ini mendukung keberlanjutan industri nikel di Indonesia. "Jadi ketakutan bahwa nikel kita untuk baterai itu sebenarnya ada solusinya,"ujarnya.
Dia mengatakan pabrik daur ulang itu akan menjadi salah satu ekosistem industri baterai listrik yang ada di Indonesia. Dia mengatakan, untuk membuat ekosistem industri baterai tidka mudah karena memerlukan tahapan mulai dari pertambangan nikel, smelter, penyiapan kimia, dan juga produksi baterai.
"Ini cukup memakan waktu yang banyak dan juga investasi," kata Toto.
Dari sisi konsumsi, Toto mengatakan, konsumen utama baterai tersebut terdiri dari kendaraan listrik, seperti motor listrik dan mobil listrik. Perkembangan mobil listrik sangat pesat mencapai lebih dari 200 persen.
"Sebelumnya mobil listrik belasan ribu pada 2023, di 2024 sudah hampir 40. 000 unit," ujarnya.
Selain kendaraan listrik, konsumsi baterai juga akan diserap oleh industri pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan menjadi battery energy storage system atau BESS. Pasalnya pembangkit EBT banyak yag bersifat intermitten atau tidak berkesinambungan
"Itu ada ekosistemnya yang akan kita bangun," ujarnya.