PLN NTT Fokus Kembangkan Panas Bumi untuk Capai Bauran EBT 198 MW

Amelia Yesidora
12 Maret 2025, 17:47
PLN, panas bumi, NTT
PLN
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang dengan kapasitas 140 MW yang berlokasi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat sebagai salah satu pembangkit EBT yang menyuplai listrik hijau untuk pelanggan Renewable Energy Certificate (REC).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PLN Nusa Tenggara Timur atau NTT menargetkan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan hingga 198 megawatt pada 2030. Untuk mencapai target ini, mereka bakal berfokus pada PLTP alias pembangkit listrik tenaga panas bumi.

“Sangat ambisius memang. Ini butuh kerja sama semua pihak, termasuk pihak internasional, karena PLTS tidak bisa berdiri sendiri tanpa teknologi yang lain,” kata Manager Perencanaan Sistem Kelistrikan PLN Unit Induk Wilayah NTT I Wayan Adi Hari dalam acara Berbagi Pembelajaran Program MENTARI, dipantau secara daring, Rabu (12/3).

Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik alias RUPTL 2021, seharusnya NTT punya bauran energi 17,8% pada 2023 dan 23% pada 2024. Target ini belum tercapai karena pada hingga 2023 baru ada 62 pembangkit listrik tenaga EBT dengan total kapasitas 45,29 megawatt (MW) di NTT.

“Kalau melihat keseluruhan daya di NTT sekitar 470 megawatt, berarti EBT ini masih 10%-nya,” ujar Adi.

Ini terdiri atas 50 pembangkit listrik tenaga surya alias PLTS dengan total kapasitas 19,2 MW, kemudian sembilan pembangkit listrik tenaga mikrohidro atau PLTMH dengan total kapasitas 6,77 MW. Terakhir, ada tiga pembangkit listrik tenaga panas bumi atau PLTP dengan kapasitas 20,5 MW.

Dari data tersebut, Adi menyimpulkan PLTP memiliki kapasitas  lebih besar dibanding pembangkit listrik tenaga lainnya. Oleh sebab itu, PLN NTT bakal fokus pada PLTP untuk meningkatkan rasio EBT.

Hal ini juga diperkuat dengan wilayah Flores selaku daerah dengan bauran EBT terbesar di NTT. Adi menyebut, Flores pernah mencapai bauran EBT 26% karena adanya PLTP.

Pembangunan PLTP Butuh Dukungan Banyak Pihak

Adi menyatakan PLN NTT membutuhkan kerja sama dengan pihak lain untuk mencapai bauran energi EBT hingga minimal 23%, sesuai target 2024. Mereka masih butuh beberapa pembangkit, misalnya PLTP Ulumbu berkapasitas 20 MW, PLTP Sokoria 25 MW, PLTP Mataloko 20 MW, hingga PLTP Atadei 10 MW.

“Karena pembangunan pembangkit-pembangkit skala masif ini pasti bersinggungan dengan perizinan, kondisi masyarakat, dan lain-lain. Kalau kami tidak di-support, kami tidak bisa mendapatkan ini untuk keberlangsungan energi kita ke depan dan anak cucu kita ke depan,” ujar Adi.

NTT sudah mencapai rasio elektrifikasi 96,37% per Januari 2025. Dari data tersebut, masih ada empat daerah dengan zona merah yang bakal menjadi perhatian PLN, yaitu Sabu Raijua, Timor Tengah Selatan, Manggarai Timur, dan Sumba Barat Daya.

Di sisi lain, rasio desa berlistrik mencapai 96,51%. Dari angka itu, wilayah Sumba Timur menjadi perhatian khusus karena masih ada 35 desa yang belum berlistrik saat ini. Hal ini disebabkan lokasi desa yang berjauhan sehingga jaringan listrik masih sulit menembus lokasi tersebut.

 

Reporter: Amelia Yesidora

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...