Dorong Ekonomi, Bhutan Manfaatkan PLTA untuk Penambangan Kripto Hijau
Negara yang terletak di Pegunungan Himalaya, Bhutan, mengeksplorasi upaya penambangan kripto hijau dengan memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Kepala Eksekutif Perusahaan Investasi Bhutan Ujjwall Deep Dahal mengatakan, pemanfaatan energi bersih di proyek kripto itu akan mendorong ekonomi dan menciptakan lapangan kerja di Bhutan.
Green cryptocurrencies atau kripto hijau adalah mata uang digital yang ditambang dengan menggunakan energi baru terbarukan (EBT), seperti energi angin, air, atau matahari alih-alih menggunakan energi fosil.
Dalam beberapa tahun terakhir Bhutan mendapatkan keuntungan jutaan dolar dengan berinvestasi pada beberapa mata uang kripto populer di dunia. Dua orang pejabat senior di ibu kota mengatakan, Bhutan menggunakan sejumlah keuangan yang diperoleh dari investasi kripto untuk membayar gaji pegawai pemerintah selama dua tahun.
“Kami adalah negara yang 100% menggunakan tenaga air, dan setiap koin digital yang kami tambang di Bhutan menggunakan tenaga air akan mengimbangi koin yang ditambang dengan menggunakan bahan bakar fosil,” kata Ujjwal Deep Dahal, CEO Druk Holding and Investments Ltd, perusahaan investasi milik pemerintah Bhutan, seperti dikutip Reuters, Jumat (18/4).
Ia menyebut koin digital yang ditambang di Bhutan akan berkontribusi pada ekonomi hijau.
Dahal mengatakan dana yang mengendalikan satu-satunya utilitas pembangkit listrik Bhutan, mulai menambahkan mata uang kripto ke dalam portofolionya pada tahun 2019. Bhutan melihat mata uang digital sebagai investasi taktis dan pengubah permainan untuk negara tersebut.
Bhutan terkenal dengan indeks Kebahagiaan Nasional Bruto (GNH) tertinggi di dunia. GNH adalah sebuah ukuran ekonomi yang menggabungkan faktor-faktor yang diabaikan oleh ukuran produk domestik bruto yang biasa, seperti rekreasi, kesejahteraan emosional, dan keberlanjutan.
Bhutan Ingin Jadi Pusat Penambangan Kripto Hijau
Negara ini menggunakan tenaga air untuk mengoperasikan superkomputer yang boros energi untuk menciptakan aset digital yang dapat ditambahkan ke blockchain. Para pejabat sedang menjajaki apakah konglomerat besar dapat membeli koin “hijau” Bhutan untuk memenuhi target mereka dalam norma-norma lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).
“Bitcoin tidak hanya memberikan nilai lebih pada energi tenaga air, tetapi juga meningkatkan akses likuiditas dalam mata uang asing,” ujar Dahal. Ia menambahkan bahwa melatih kaum muda Bhutan dalam teknik blockchain dan kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) akan mendorong terciptanya lapangan pekerjaan.
Negara berpenduduk sekitar 800.000 jiwa ini sedang berjuang melawan eksodus kaum muda yang berpendidikan. Pemerintah Bhutan memperkirakan lebih dari sepersepuluh dari kaum mudanya mencari pekerjaan yang lebih menarik di luar negeri antara tahun 2022 dan 2023. Kondisi ini membuat pengangguran pada kelompok usia tersebut menjadi 16,5% pada tahun 2024.
Para analis mengatakan rencana ambisius Bhutan untuk menjadi ibu kota mata uang digital hijau bergantung pada perluasan kapasitas PLTA menjadi 33 gigawatt (GW). Saat ini kapasitas PLTA Bhutan yang tersedia sekitar 3,5 GW.
“Kami memiliki rencana untuk menghasilkan 15 GW dalam 10 hingga 15 tahun ke depan,” ujar Dahal.
