PHRI Bali Usulkan Pemda Beri Insentif untuk Hotel Berenergi Bersih
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali mengusulkan agar pemerintah daerah memberikan insentif fiskal kepada pelaku usaha akomodasi, teramsuk hotel, yang menggunakan energi bersih seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Sekretaris Jenderal PHRI Bali Perry Markus mengungkapkan insentif berupa keringanan pajak atau subsidi bisa menjadi pemantik bagi pelaku usaha untuk bertransformasi ke energi yang lebih ramah lingkungan.
"PHRI merekomendasikan pemerintah daerah memberikan insentif fiskal dan pembiayaan hijau untuk investasi energi bersih," ujar Perry dalam Diskusi AJI Denpasar dan IESR di Denpasar, seperti dikutip Antara, Selasa (30/9).
Ia mencontohkan kendaraan listrik berpelat nomor biru yang pajaknya sangat kecil dibandingkan dengan kendaraan pengguna bahan bakar minyak (BBM). Hal ini membuat minat masyarakat untuk membeli kendaraan listrik tinggi.
PHRI Bali tidak mematok berapa insentif fiskal yang sesuai diberikan kepada mereka yang mau menggunakan energi bersih.
“Kami sebenarnya berapa saja yang penting ada insentif, karena menurut kami juga sifatnya tidak terus-menerus. Kalau semua sudah pakai mungkin tidak perlu lagi ada insentif, balik saja normal tapi untuk yang sekarang ini, ayo, biar berlomba-lomba pasang,” ujarnya.
Dengan transisi energi, pelaku usaha pariwisata juga ikut membantu pemerintah untuk menghadapi tantangan lingkungan, seperti banjir dan cuaca ekstrem yang belum lama terjadi akibat perubahan iklim, sekaligus mengenalkan tren baru pariwisata hijau.
Hotel Masih Andalkan Pihak Ketiga
PHRI Bali mengatakan saat ini banyak hotel sudah bergerak dengan anggarannya masing-masing untuk beralih ke energi bersih. Namun, mereka enggan menyebutkan modal yang dibutuhkan dalam bertransformasi karena nilainya juga berbeda-beda.
Kebanyakan mereka mengandalkan pihak ketiga, yaitu investor di bidang energi bersih yang mau memasangkan dan merawat panel surya dengan kontrak tertentu. Selain implementasi PLTS, hal lain yang mulai dicoba pelaku usaha akomodasi seperti efisiensi energi (lampu LED, smart cooling), pengelolaan limbah dan air secara berkelanjutan, serta paket-paket eco-tourism.
“Banyak sebenarnya dari teman-teman investor pihak ketiga ini menawarkan kami untuk itu (pasang panel surya) tinggal sinkronisasi saja dengan PLN, dan tidak perlu lagi di atas kertas saja. Ayo, kalau pasang dapat insentif itu lebih pas,” kata Perry.
Sejauh ini meski belum ada insentif fiskal atau kebijakan finansial lainnya, PHRI Bali melihat pelaku usaha akomodasi mau inisiatif beralih karena citra berkelanjutan mendatangkan wisatawan berkualitas.
Saat ini pasar internasional yang paling menggemari destinasi hijau adalah warga Eropa, Jepang, dan Australia. Mereka rela bersaing untuk jadi yang paling sedikit menghasilkan emisi karbon.
