Energi Terbarukan Lampaui Batu Bara, Cina dan India Memimpin

Image title
9 Oktober 2025, 12:00
energi terbarukan, energi surya, tenaga angin
REUTERS/Stringer
Laporan terbaru dari lembaga riset iklim Ember mengungkapkan, pembangkit listrik tenaga angin dan surya di dunia menghasilkan listrik lebih banyak dibandingkan pembangkit berbahan bakar batu bara.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Laporan terbaru dari lembaga riset iklim Ember mengungkapkan, untuk pertama kalinya dalam sejarah, pembangkit listrik tenaga angin dan surya di dunia menghasilkan listrik lebih banyak dibandingkan pembangkit berbahan bakar batu bara. 

Dilansir dari The Guardian, selama enam bulan pertama tahun 2025, energi terbarukan tidak hanya mampu memenuhi kenaikan permintaan listrik global, tetapi juga mendorong penurunan kecil pada penggunaan batu bara dan gas.

Produksi tenaga surya meningkat hampir 33% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, memenuhi 83% dari total kenaikan permintaan listrik dunia. Sementara itu, tenaga angin tumbuh 7%, menjadikan total pembangkit energi bersih untuk pertama kalinya melampaui bahan bakar fosil dalam kontribusi terhadap sistem listrik global.

“Tenaga surya dan angin kini tumbuh cukup cepat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan listrik dunia. Ini menandai awal dari pergeseran besar, di mana energi bersih mulai mampu mengimbangi pertumbuhan permintaan listrik global,” kata Magorzata Wiatros-Motyka, analis senior listrik di Ember sekaligus penulis laporan tersebut. 

Cina dan India Jadi Motor Pertumbuhan Energi Terbarukan

Laporan Ember mencatat Cina dan India menjadi dua negara utama pendorong lonjakan energi terbarukan ini. Cina menambah kapasitas energi bersih lebih banyak dibandingkan seluruh dunia secara gabungan, menyebabkan penurunan penggunaan bahan bakar fosil sebesar 2% pada paruh pertama 2025 dibandingkan tahun sebelumnya.

India pun mencatat pertumbuhan energi terbarukan tiga kali lipat dari kenaikan permintaan listriknya. Perkembangan energi terbarukan ini membuat konsumsi batu bara turun 3,1%, sementara penggunaan gas anjlok hingga 34%.

Sebaliknya, Amerika Serikat mengalami tren berlawanan. Permintaan listrik di negara tersebut meningkat lebih cepat dibandingkan pertumbuhan energi bersihnya, sehingga produksi listrik dari batu bara naik 17%.

Di Uni Eropa, pertumbuhan permintaan listrik masih relatif datar, namun cuaca ekstrem yang menurunkan pembangkit listrik dari angin dan air membuat gas dan batu bara kembali naik masing-masing 14% dan 1,1%.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nuzulia Nur Rahmah

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...