Sektor Pertanian Berkontribusi 9% Terhadap Total Emisi Nasional

Image title
22 Oktober 2025, 18:28
Wali Kota Kendari Siska Karina Imran (kedua kanan) bersama Sekretaris Daerah Kota Kendari Amir Hasan (ketiga kanan) melakukan panen padi menggunakan mesin Combine Harvester di areal persawahan Amohalo, Kecamatan Baruga, Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (8
ANTARA FOTO/Andry Denisah/YU
Wali Kota Kendari Siska Karina Imran (kedua kanan) bersama Sekretaris Daerah Kota Kendari Amir Hasan (ketiga kanan) melakukan panen padi menggunakan mesin Combine Harvester di areal persawahan Amohalo, Kecamatan Baruga, Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (8/10/2025). Pemkot Kendari melaksanakan panen padi musim tanam kedua pada lahan seluas 320 hektare dengan produksi 5,5 ton per hektare sebagai bentuk kolaborasi antara pemerintah dan gabungan kelompok tani setempat dalam upaya pengendalian inflasi dan menjag
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

World Resource Institute (WRI) Indonesia menyebut emisi gas rumah kaca di sektor pertanian menjadi salah satu penyumbang terbesar terhadap total emisi nasional. 

Managing Director (WRI) Indonesia, Arief Wijaya, menyebut sektor pertanian menyumbang sekitar 9% dari total emisi nasional, atau setara dengan 135 kiloton CO? pada tahun 2022. Angka ini meningkat 26% dibandingkan tahun 2000. Kondisi ini, menurutnya, menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan dan energi Indonesia jika tidak segera diantisipasi melalui transformasi sistem pertanian yang lebih berkelanjutan.

“Emisi sektor pertanian umumnya berasal dari tiga sumber utama, yaitu budidaya sawah yang berkontribusi 34%, fermentasi enterik dari hewan ternak sebesar 27%, dan emisi nitrogen dari penggunaan pupuk kimia sekitar 22%,” kata Arief dalam acara National Dialogue - Road to COP-30 Selasa (22/10).

Ia menilai, peningkatan emisi di sektor pertanian perlu segera direspon dengan penerapan inovasi dan teknologi yang ramah lingkungan.

“Tadi yang saya sampaikan, penggunaan pupuk ramah lingkungan, penerapan teknologi efisien, serta pemilihan bibit yang sesuai dengan kondisi lanskap penting untuk pertanian berkelanjutan,” ujarnya.

Namun, di sisi lain, Arief mengingatkan bahwa sektor pertanian juga memegang peran penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Ancaman perubahan iklim seperti banjir, kekeringan ekstrem, dan ketidakpastian musim tanam mulai berdampak langsung terhadap produktivitas petani dan nelayan di berbagai daerah.

“Banjir di Bali, misalnya, menunjukkan bahwa perubahan iklim sudah terjadi sekarang. Petani semakin sulit menentukan waktu tanam, dan nelayan juga tidak menentu kapan bisa melaut. Kondisi ini bisa mengancam rantai pasok komoditas pertanian,” tutur Arief.

Ia menegaskan bahwa Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP30) yang akan digelar di Brasil bulan depan menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk memperkuat komitmen penurunan emisi di sektor pertanian.

“COP30 ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan komitmen menurunkan emisi di sektor pertanianl,” kata Arief.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nuzulia Nur Rahmah

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...