Kurangi Deforestasi, Norwegia Kucurkan US$ 100 Juta untuk Indonesia
Pada perhelatan Konferensi Iklim PBB COP28 di Dubai, Norwegia mengumumkan kontribusi US$100 juta untuk mendukung upaya berkelanjutan Indonesia dalam mengurangi deforestasi. Saat ini, tingkat deforestasi di Indonesia diklaim mencapai tingkat terendah dalam 20 tahun terakhir.
Perdana Menteri Norwegia, Jonas Gahr Støre, menyatakan Indonesia memainkan peran yang sangat penting dalam upaya bersama melawan perubahan iklim. Indonesia memimpin upaya mengurangi emisi CO2 dari deforestasi. Kontribusi sebesar US$100 juta yang diluncurkan pada KTT Iklim di Dubai ini merupakan pengakuan atas pengurangan emisi dari deforestasi di Indonesia pada tahun hutan 2017-2018 dan 2018-2019.
"Ini merupakan salah satu kontribusi mitigasi iklim tunggal terbesar di dunia sejak kami meluncurkan Perjanjian Paris pada tahun 2015. Norwegia sangat bangga dapat bekerja sama dengan Indonesia sebagai mitra, dan kami berharap kontribusi kami sebesar 100 juta dolar AS dapat menginspirasi pihak-pihak lain untuk mengikutinya," ujar Støre dalam keterangan resmi, Jumat (1/12).
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia Siti Nurbaya menyatakan, kemitraan iklim baru antara Indonesia dan Norwegia diprakarsai melalui Nota Kesepahaman yang ditandatangani pada September 2022. Kemitraan ini bertujuan untuk mendukung FOLU Net Sink 2030. Kemitraan ini telah berjalan dengan sangat efektif hingga saat ini.
"Kontribusi pertama yang diberikan pada Oktober tahun lalu, dan kontribusi baru yang diumumkan oleh PM Norwegia hari ini, menandakan pengakuan atas keberhasilan Indonesia dalam mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan dengan memberikan contoh," ujar Siti Nurbaya.
Penurunan Deforestasi di Indonesia
Indonesia adalah rumah bagi hutan hujan terbesar ketiga di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah berhasil mengurangi deforestasi hingga mencapai rekor terendah sehingga secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca yang berasal dari deforestasi, serta kebakaran hutan dan lahan gambut.
Menurut data KLHK, kebakaran hutan dan lahan telah berkurang secara signifikan sebesar 85% dari 1,65 juta ha pada 2019 menjadi 204 ribu ha pada 2022.
Indonesia telah mempertahankan tren penurunan deforestasi selama enam tahun terakhir. Untuk berhasil mengurangi deforestasi, pemerintah Indonesia berinvestasi dalam berbagai upaya termasuk penggunaan lahan yang lebih berkelanjutan, peningkatan penegakan hukum dan kapasitas pemadaman kebakaran, dan perluasan program perhutanan sosial.
Kontribusi Norwegia untuk Indonesia merupakan kontribusi berbasis hasil kedua dari Norwegia untuk mendukung pencapaian Indonesia dalam mengurangi deforestasi. Siti menyebut Norwegia telah menunjukkan aksi nyata dalam hal memberikan komitmen pendanaan iklim, terutama dalam mendukung upaya pengurangan emisi Indonesia di sektor FOLU.
Namun, tantangan yang signifikan masih ada untuk mendapatkan US$100 miliar per tahun dari negara-negara maju, yang merupakan langkah penting dalam mendukung aksi iklim kami di sektor transisi energi," ujar Siti Nurbaya.
Indonesian Environment Fund
September lalu, Indonesia dan Norwegia bergabung untuk memperkuat upaya memerangi perubahan iklim, dengan mengumumkan sebuah terobosan kemitraan di bidang iklim dan hutan. Setelah penandatanganan kemitraan baru tersebut, Norwegia mendukung Indonesia dengan dana sebesar US$56 juta untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan.
Kontribusi berbasis hasil dari Norwegia ini akan mendukung Rencana Operasional Penyerapan Karbon Netto Hutan dan Lahan (FOLU) Indonesia 2030. Pemerintah Indonesia memprioritaskan dan mengelola kontribusi dari Norwegia melalui Dana Lingkungan Hidup Indonesia (Indonesian Environment Fund/IEF).
Indonesia Environment Fund secara resmi diluncurkan pada Oktober 2019 sebagai mekanisme pendanaan lingkungan untuk mendukung upaya Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan memenuhi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Dana ini telah berkolaborasi dengan mitra-mitra utama seperti Bank Dunia dan UNDP, selain Norwegia.
Prioritas di bawah Rencana Operasional FOLU Net Sink 2030 mencakup penguatan perlindungan hutan dan peningkatan partisipasi masyarakat. Selain itu, peningkatan kapasitas penyerapan karbon hutan alam, melalui pengelolaan hutan lestari, rehabilitasi hutan dan lahan, serta perhutanan sosial; konservasi keanekaragaman hayati; pengurangan emisi akibat kebakaran dan pembusukan gambut; dan penegakan hukum.