Sampah di Bantargebang Hasilkan 123.000 Ton Emisi Metana Sepanjang 2024


Dietplastik Indonesia mencatat emisi gas metana dari Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang mencapai 123 gigagram (Gg) sepanjang 2024. Jumlah ini didapat melalui kombinasi metode perhitungan ilmiah dan pengukuran langsung di lapangan.
Adapun 123 gigagram setara dengan 123 ribu ton gas metana. Satuan ini berasal dari konversi 1 gigagram yang sama dengan 1 juta kilogram atau 1.000 ton.
"Tahun 2024 kita ukur 123 gigagram itu per tahun," ujar Zakiyus Shadicky, Senior Research Lead Dietplastik Indonesia, saat ditemui di Jakarta, Jumat (16/5).
Zaki menjelaskan, timnya menggunakan metode Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Tier 2 untuk estimasi emisi, yang kemudian diverifikasi melalui pengukuran lapangan menggunakan alat Closed Flux Chamber (CFC).
Sebagai informasi, metana merupakan salah satu gas rumah kaca (GRK) paling berbahaya. Dalam periode 100 tahun, efek pemanasan globalnya bisa 25 kali lebih kuat dibandingkan karbon dioksida. Secara global, Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) menyumbang hingga 18% dari total emisi antropogenik metana.
Untuk mendapatkan estimasi yang akurat, Dietplastik Indonesia melakukan beberapa tahapan teknis. Di antaranya, penentuan titik sampling menggunakan drone, serta perbandingan hasil pengukuran lapangan dengan data dari satelit dan platform daring berbasis satelit.
Tak hanya itu, penelitian juga melibatkan pemilahan enam jenis komposisi sampah, khususnya sampah organik yang dibagi menjadi sisa makanan dan limbah taman atau kebun.
Zaki menekankan bahwa peran masyarakat sangat penting dalam upaya pengurangan emisi metana di TPST Bantargebang. Kebiasaan sederhana seperti memilah sampah rumah tangga bisa memberikan dampak besar.
“Permasalahan metana bisa ditangani hanya dengan memilah sampah,” ujarnya.