Mengenal SBN yang Akan Dibeli BI untuk Danai Pemulihan Ekonomi

Sorta Tobing
8 Juli 2020, 16:42
sbn adalah, sri mulyani, bank indonesia, burden sharing, covid-19
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/hp.
Bank Indonesia bersedia menanggung beban pemulihan ekonomi di tengah pandemi sebesar Rp 397,56 triliun, melalui pembelian langsung surat berharga negara atau SBN.

Instrumen ini ada yang dialokasikan untuk konsumen ritel. Untuk jenis produknya, pemerintah memiliki saving bond ritel (SBR) dan obligasi negara ritel (ORI).

Untuk SBR, imbal hasilnya mengambang dengan tingkat minimum dan dapat dicairkan lebih awal serta bertenor dua tahun. ORI imbal hasilnya tetap atau fixed rate dan hanya dapat dicairkan sesuai tanggal jatuh tempo serta bertenor tiga tahun.

Sementara, SBNS mulai terbit pada 2008 dengan tingkat imbal hasil tetap. Dua produknya yang bisa menjadi investasi masyarakat adalah sukuk tabungan (ST) dan sukuk ritel (SR).

ST bertenor dua tahun, imbal hasil mengambang dengan tingkat minimum, dan dapat dicairkan lebih awal. Sedangkan SR tenornya tiga tahun dengan imbal hasilnya tetap dan hanya dapat dicairkan pada saat jatuh tempo.

(Baca: Genjot Pembiayaan APBN, Pemerintah Lelang 6 Seri Sukuk Rp 7 Triliun)

Target Penerbitan SBN Naik di Tengah Pandemi

Sri Mulyani akan menaikkan target mingguan penerbitan SBN. Aksi ini bertujuan untuk mendanai belanja non-publik dalam program pemulihan ekonomi nasional atau PEN.

Rinciannya, target penerbitan SUN naik dari Rp 30 triliun menjadi Rp 40 triliun. Target SBSN diperbesar dari Rp 10 triliun menjadi Rp 15 triliun. Jika pasar tidak dapat menyerap penerbitan ini, maka bank sentral yang akan melakukannya.

Sebelumnya, pemerintah menerbitkan sukuk global di pasar internasional dengan denominasi dolar AS dalam format -144A/Reg S Trust Certificate sebesar US$ 2,5 miliar. Sebesar US$ 750 juta bertenor lima tahun, US$ 1 miliar memiliki tenor 10 tahun, dan US$ 750 juta dengan tenor 30 tahun menggunakan akad Wakalah.

Berdasarkan keterangan resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, penerbitan sukuk global tersebut mendapatkan respon yang sangat baik dari para investor global dan lokal yang menghasilkan orderbook sebesar US$ 16,66 miliar atau sebesar hampir 6,7 kali di atas target pemerintah.

(Baca: Pemerintah dan BI Segera Teken SKB Bagi Beban Biaya Pemulihan Ekonomi)

Sukuk global tersebut diterbitkan melalui Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia III, sebuah badan hukum yang dibentuk oleh pemerintah khusus untuk melakukan penerbitan SBSN. Penerbitannya dicatat di Singapore Stock Exchange dan NASDAQ Dubai atau dual listing dengan tanggal penerbitan atau settlement pada 23 Juni 2020.

Imbal hasil a SBSN tersebut ditetapkan sebesar 2,3% untuk tenor 5 tahun, 2,8% untuk tenor 10 tahun dan 3,8% untuk tenor 30 tahun. Setiap seri telah diberikan peringkat Baa2 oleh Moody’s Investor Service, BBB oleh S&P Global Ratings Services dan BBB oleh Fitch Ratings.

Penerbitan sukuk global ini menaikkan posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2020. Dalam catatan BI, cadangan devisa naik dari US$ 130,5 miliar pada bulan sebelumnya menjadi US$ 131,7 miliar.

Penulis: Muhamad Arfan Septiawan (Magang)

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...