Mengenal Program Akselerator, Cara Startup Baru Genjot Bisnis

Amelia Yesidora
6 Juli 2022, 08:45
startup, akselerator, perusahaan rintisan, educate me, istilah ekonomi
Muhammad Zaenuddin|Katadata

Program akselerator banyak diburu perusahaan rintisan atau startup yang ingin mendongkrak kinerja bisnisnya. Apalagi, pertumbuhan startup dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan kenaikan, sehingga turut meningkatkan persaingan. 

Sebagai pemain baru, pendiri startup kerap membutuhkan bantuan untuk berkembang dan bersaing, baik dari segi materi hingga moril. Salah satu upaya startup untuk memperoleh bantuan ini adalah dengan mengikuti program akselerator.

Sesuai namanya, akselerator bertujuan mempercepat pertumbuhan startup dengan menawarkan modal, mentor, hingga konsultasi. Sebagai balasannya, akselerator memperoleh keuntungan dengan memiliki sebagian saham startup tersebut. Adapun perusahaan yang menyediakan program akselerator ini dikenal dengan istilah seed accelerator, yang biasanya dibentuk oleh sejumlah pengusaha di bidang teknologi kaya pengalaman.

Apa Saja Keuntungan yang Ditawarkan Akselerator?

Melansir artikel dari How Stuff Works, ada lima hal yang bisa ditawarkan akselerator untuk membantu sebuah perusahaan berlabuh dari sekadar ide bisnis, menuju peluncuran produk. Pertama, kantor fisik yang dapat digunakan secara gratis oleh startup yang terpilih dalam program akselerator. Pada umumnya kantor memiliki konsep ruang kerja bersama alias coworking space yang terbuka. 

Kedua, uang yang dialokasikan untuk memulai sebuah proyek atau dikenal dengan seed money. Uang ini diberikan pada awal proyek untuk menutup biaya pengembangan bisnis tahap awal. Kemudian, penawaran ketiga berupa jasa konsultasi bisnis dan manajemen oleh para veteran di bidang teknologi dan bisnis. Mereka akan memberi saran mengenai manajemen perusahaan yang baik, penempatan produk di pasar, hingga penentuan model bisnis yang sesuai.

Keempat, akselerator juga akan memberi masukan dan panduan di bidang teknologi. Kolaborasi antara insinyur di bidang teknologi dan manajemen, dapat memaksimalkan potensi dari ide awal pembentukan startup. Adapun beberapa akselerator berfokus pada lini bisnis tertentu, misalnya teknologi kesehatan, karena membutuhkan tingkat keahlian yang berbeda dengan lini lainnya.

Kelima, menghubungkan perusahaan rintisan dengan para investor. Meski pada awalnya akselerator sudah memberi modal pada startup, namun modal tersebut hanya terbatas pada proyek awal. Bila startup ingin lebih mengembangkan perusahaannya, maka ia membutuhkan investor. Akselerator dapat menawarkan koneksi dengan angel investor ataupun perusahaan modal ventura, sesuai dengan modal bisnis startup.

Apa Perbedaan Akselerator dan Inkubator?

Istilah lain yang dekat maknanya dengan akselerator, adalah inkubator. Perbedaan utamanya terletak pada tahap mana yang sedang dihadapi oleh perusahaan rintisan. Biasanya, inkubator tidak mengantarkan startup dari tahap awal layaknya akselerator. Perusahaan ini mengantarkan perusahaan rintisan untuk maju ke tahap pendanaan lebih lanjut.

Menurut Harvard Business Review, terdapat beberapa hal yang membedakan akselerator dan inkubator. Pertama, durasi program akselerator biasanya hanya sekitar tiga hingga enam bulan, karena fokus untuk meluncurkan hasil dari ide bisnis pendiri startup. Sementara itu, program inkubator berlangsung selama satu hingga lima tahun. 

Dengan perbedaan durasi program, model program yang ditawarkan pun berbeda. Akselerator membantu perkembangan startup dengan cara seminar, sementara inkubator memberi edukasi melalui jalur ad hoc dan hukum. Oleh sebab itu, pembelajaran akselerator cenderung lebih intens, dibandingkan inkubator yang bersifat taktis dan minimal.

Kedua, inkubator dan akselerator sama-sama bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan kapasitas sebuah perusahaan. Namun, inkubator bersifat nonprofit, sementara perusahaan akselerator bertindak sebagai investor, sehingga memperoleh keuntungan dari startup yang didampinginya. 

Ketiga, tingkat persaingan untuk bisa masuk ke dalam dua program ini juga berbeda. Untuk bisa lolos ke program akselerator, startup harus bersaing dengan ketat dengan startup lainnya. Di lain sisi, persaingan untuk lulus ke program inkubator tidak terlalu ketat.

Perbedaan pada tingkat persaingan tersebut dipengaruhi oleh tahap usaha yang sedang dilalui startup untuk masuk ke dua program tersebut. Akselerator dapat membimbing startup dari tahap usaha awal, bahkan dari ide bisnis. Sementara itu, inkubator membimbing dari tahap awal bahkan tahap akhir.

Untuk meringkas perbedaan tersebut, Susan Cohen dari University of Richmond dan Yael Hochberg dari Rice University menyoroti empat faktor utama yang membuat akselerator lebih unik daripada inkubator. Di antaranya, akselerator berlaku dalam jangka waktu tetap, berbasis kelompok, didorong oleh pembimbing yang tersedia, dan puncaknya adalah pada hari kelulusan startup yang disebut “demo day”

Coworking Space
Coworking Space (Cocowork.co)

Program Akselerator Pilihan Startup Indonesia

Pada awal April lalu, YCombinator menggelar program inkubator startup global bernama YCombinator Winter 2022. Berdasarkan catatan Katadata.co.id, sebanyak 16 dari 33 startup Asia Tenggara yang dipilih YCombinator berasal dari Indonesia. Angka itu membuat Indonesia menjadi negara penyumbang jumlah startup terbanyak yang memperoleh pendanaan di kawasan Asia Tenggara. 

Startup yang terpilih dalam program tersebut, antara lain CrediBook, Fresh Factory, Dropezy, Bananas, dan Radius. Kemudian ada juga Aigis, Deal SejutaCita, Lumina, Finku, Pina, Sribuu, Rocket Pocket, UpBanx, Transfez, Bipi, dan Blocknom.

Sebanyak 16 startup tersebut akan memperoleh investasi awal dari YCombinator sebesar US$ 125 ribu atau setara Rp 1,7 miliar. Perusahaan akselerator itu, kemudian akan mendapat 7 % saham dari masing-masing startup yang terpilih.

Sebagai informasi, ada beberapa pilihan program akselerator yang berada di Tanah Air. Pertama, Jakarta Founder Institute. Akselerator ini sudah ada sejak 2011, sebagai perpanjangan program The Founder Institute. Salah satu alumni program tersebut adalah startup Andalin, penyedia jasa pengiriman logistik ekspor-impor dari dan ke Indonesia. 

Kedua, ada Google for Startups Accelerator yang menyediakan program akselerasi selama tiga bulan. Dari program tersebut, Google akan membimbing startup dari tahap Seed hingga memperoleh pendanaan Seri A.

Terdapat beragam lini startup yang sudah lulus dari program akselerator ini, misalnya perusahaan teknologi finansial atau financial technology (fintech) Crowde. Perusahaan ini fokus pada pemberdayaan petani melalui akses ke modal kerja serta mengintegrasikan ekosistem pertanian.

Kemudian, ketiga, ada platform perikanan Aruna yang menghubungkan nelayan langsung ke pelanggan. Dalam laman resmi perusahaan, Aruna didirikan pada 2016 dan kini sudah hadir di lebih dari 10 negara, mengakomodir lebih dari 26 ribu orang nelayan. 

Keempat, ada startup kesehatan berbasis aplikasi bernama Aido Health. Aplikasi tersebut menyediakan jasa konsultasi daring, tes laboratorium, hingga perawatan langsung di rumah. Sejak hadir pada 2019, Aido  Health telah digunakan di 50 kota di Indonesia, dan bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan.

Melansir data Startup Ranking, Indonesia berada di urutan kelima sebagai negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia, senilai 2.305 startup. Posisi pertama dengan jumlah startup terbanyak di dunia adalah Amerika Serikat dengan jumlah 90.565 perusahaan. Disusul oleh India (11.819 perusahaan), Inggris (6.025 perusahaan), dan Kanada (3.145 perusahaan). 

Reporter: Amelia Yesidora

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...