Mengenal Backwash Effect, Dampak Negatif dari Pembangunan Ekonomi

Image title
29 Juli 2022, 13:04
backwash effect
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/pras.
Ilustrasi, pekerja menyelesaikan pembangunan proyek infrastuktur di kawasan Kuningan, Jakarta, Jumat (3/4/2020). Bank Indonesia (BI) mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia paling rendah 2,3 persen pada tahun ini yang akan ditopang oleh berbagai stimulus, baik fiskal maupun moneter yang diberikan oleh pemerintah dan bank sentral.

Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah umumnya akan berdampak positif, terutama pada kehidupan warganya. Akan tetapi, bila kemajuan tersebut hanya terjadi di satu wilayah saja maka hal tersebut akan menimbulkan backwash effect.

Backwash effect adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan efek atau dampak dari terjadinya pembangunan ekonomi. Istilah ini penting sekali dipahami, karena sangat berkaitan dengan beberapa aspek hubungan antar wilayah.

Untuk memahami lebih jauh apa itu backwash effect, berikut ini Katadata.co.id sudah merangkum sejumlah hal seputar backwash effect. Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Apa Itu Backwash Effect?

Perbedaan pembangunan adalah sesuatu yang umum dan terjadi hampir di semua negara. Termasuk salah satunya yaitu Indonesia. Ketimpangan pembangunan yang tidak merata ini bisa saja menimbulkan dampak negatif, khususnya pada kesenjangan ekonomi antara wilayah yang proses pembangunannya bagus dengan wilayah yang tertinggal.

Di sebagian besar kasus, ketidakseimbangan pembangunan tersebut bagai pisau bermata dua. Artinya di satu sisi pembangunan yang mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi dapat menguntungkan pihak tertentu, sebaliknya hal ini juga menjadi malapetaka untuk pihak lainnya.

Seorang pakar ekonom Swedia bernama Gunnar Myrdal mencoba menggambarkan dampak pembangunan ekonomi ini melalui dua istilah yakni spread effect dan backwash effect. Mengutip buku berjudul Kapita Selekta Ekonomi Indonesia, spread effect dan backwash effect adalah dua istilah yang menggambarkan adanya kesenjangan dalam pembangunan ekonomi. Gagasan Myrdal ini menyatakan setiap kegiatan ekonomi berupa usaha perdagangan, pendirian industri, dan berbagai macam proyek lainnya akan menimbulkan kedua efek tersebut.

Secara sederhana, backwash effect adalah sebuah kondisi ketika satu wilayah tertentu di suatu negara mulai tumbuh atau berkembang, hal itu menyebabkan berbagai aspek meliputi modal manusia serta modal fisik (infrastruktur, keuangan, mesin, dan sebagainya ) dari bagian lain negara tersebut tertarik ke pusat pertumbuhan ini. Sedangkan spread effect merupakan keadaan saat aliran penduduk, modal, serta barang dan jasa dari wilayah maju menyebar wilayah tertinggal atau sebaliknya.

Menukil buku Pembangunan Perekonomian Maluku, dijelaskan bahwa kondisi backwash effect adalah faktor yang bisa menyebabkan daerah tertinggal lebih banyak menghadapi hambatan dalam mengembangkan ekonominya. Ini karena biasanya daerah yang maju menjadi daya penarik bagi aliran penduduk, modal, serta barang dan jasa untuk menetap di daerah tersebut.

Backwash effect seringkali lebih cepat bekerja ketimbang spread effect. Sehingga kesenjangan wilayah semakin melebar. Dalam konsep yang dikemukakan oleh Myrdal, backwash effect adalah bersifat atau membawa dampak negatif bagi daerah sekitarnya.

Dari penjelasan di atas, bisa dipahami kalau backwash effect adalah kondisi ketidakseimbangan aliran modal dan tenaga kerja dari wilayah tidak berkembang ke wilayah yang berkembang. Imbasnya, aktivitas ekonomi di daerah pinggiran akan jauh tertinggal.

Konsep Spread Effect dan Backwash Effect

Dalam konsep yang ditawarkan oleh Gunnar Myrdal, spread effect dan backwash effect adalah dua dampak pembangunan ekonomi yang saling bertolak belakang. Jika backwash effect membawa dampak negatif pada daerah tertinggal, maka spread effect memberikan pengaruh positif satu sama lain sehingga terjadi keseimbangan pembangunan wilayah. 

Backwash effect adalah kondisi yang umumnya dihadapi oleh negara berkembang yang gencar melakukan pembangunan. Mengingat pembangunan tersebut tidak dilakukan secara merata artinya hanya beberapa wilayah tertentu saja, maka kesenjangan antara si kaya dan si miskin akan semakin jauh.

Timbulnya kedua efek tersebut didasari atas prinsip rasionalitas dan prinsip efektivitas. Maksudnya yaitu, backwash effect adalah keadaan yang disebabkan karena penggunaan faktor produksi antara satu usaha dengan usaha lainnya saling bertabrakan. Sedangkan, pada spread effect faktor-faktor tersebut digunakan untuk saling membantu atau melengkapi.

Idealnya pembangunan ekonomi dapat menciptakan pertumbuhan yang seimbang. Dimana tingkat kemiskinan minimalnya bisa berkurang sekaligus menambahkan pendapatan masyarakat meskipun itu hanya di tingkat rumah tangga. Akan tetapi pada kenyataannya hal tersebut terjadi diluar harapan. 

Biasanya implikasi dari backwash adalah bahwa daerah yang jauh dari pusat pertumbuhan perkotaan, kemungkinan akan terpengaruh oleh kebijakan pembangunan ekonomi daerah yang berfokus pada inovasi dan pengembangan kewirausahaan di daerah perkotaan. Padahal situasinya tidak memungkinkan untuk hal tersebut.

Sudah menjadi hal yang wajar, apabila daerah-daerah terpencil ini perlu merancang program pembangunan ekonomi yang menekankan keunggulan kompetitif khusus untuk ekonomi mereka.

Contoh Backwash Effect

Seperti yang dijelaskan di awal, backwash effect adalah kondisi yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang. Salah satunya terjadi di Indonesia. Kita bisa melihat pembangunan yang terjadi saat ini masih berpusat di kota-kota besar di pulau Jawa. Hal tersebut kemudian mendorong terjadinya ketimpangan antar daerah.

Merujuk databooks, berdasarkan laporan World Inequality Report 2022, dalam dua dekade terakhir kesenjangan ekonomi di Indonesia tidak mengalami perubahan signifikan. Indikatornya dilihat dari kekayaan rumah tangga nasional (total household wealth).

Dalam laporan tersebut, kekayaan rumah tangga nasional (total household wealth) didefinisikan sebagai jumlah seluruh aset finansial (termasuk saham dan surat berharga lainnya) serta aset nonfinansial (seperti rumah) yang dimiliki rumah tangga Indonesia.

Lebih lanjut, laporan tersebut menunjukan selama periode 2001-2021 sebanyak 50% penduduk Indonesia hanya memiliki kurang dari 5% kekayaan rumah tangga nasional (total household wealth). Sedangkan 10% penduduk lainnya memiliki sekitar 60% kekayaan rumah tangga nasional sepanjang periode yang sama.

Data di atas bisa menjadi salah satu contoh kecil dari adanya backwash effect yang terjadi di Indonesia. Hal ini bisa terjadi disebabkan oleh banyak faktor meliputi pembangunan yang tidak merata, tingkat pengangguran tinggi, dan lain sebagainya.

Demikian pembahasan seputar backwash effect. Semoga ulasan di atas bisa bermanfaat sekaligus menambah wawasan.

Editor: Agung

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...