Memahami Risiko Saham dan Cara Menyikapinya
Saham sejak lama menjadi salah satu instrumen investasi yang dilirik oleh banyak kalangan. Ini karena saham memiliki potensi untuk memberikan keuntungan yang tinggi dalam jangka panjang. Namun, sama seperti jenis investasi lainnya, saham juga memiliki risiko tersendiri. Risiko saham inilah yang harus dipahami, terutama oleh investor pemula.
Pasalnya, dengan memahami resikonya, investor bisa menghindari kerugian investasi yang besar. Selain itu, investor bahkan bisa menjaga keuntungan investasi yang telah diperoleh agar tidak berkurang akibat resiko.
Lantas, apa saja risiko saham yang wajib diketahui investor? Simak ulasan singkat berikut ini.
Risiko Saham
1. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang terjadi saat saham sulit dijual atau dibeli tanpa mempengaruhi harga pasar. Hal tersebut terjadi karena kurangnya minat dari investor atau keterbatasan likuiditas terhadap beberapa saham.
Dampak dari risiko investasi saham satu ini bisa terjadi penurunan harga jual. Jika jumlah pembeli terbatas, hal tersebut memungkinkan investor menjual saham dengan harga lebih rendah dari yang diharapkan.
2. Risiko Forced Delisting
Risiko forced delisting adalah situasi dimana perusahaan dipaksa untuk menghapus sahamnya dari bursa. Terdapat beberapa penyebab dari risiko investasi saham forced delisting seperti kinerja keuangan yang buruk, laporan keuangan tidak akurat, dan melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia.
3. Risiko Capital Loss
Capital loss adalah kerugian yang diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli saham, dengan kata lain investor menjual saham lebih rendah dari harga belinya. Misalnya seorang investor membeli saham ‘A’ dengan harga per lembar Rp 3.000, kemudian harga saham mengalami penurunan hingga mencapai Rp 2.700 per lembar saham.
Karena takut harganya terus turun, saham tersebut langsung dijual oleh investor tersebut (cut loss). Berarti investor tersebut telah mengalami capital loss sebesar Rp 300 untuk setiap lembar saham yang dijualnya.
4. Risiko Inflasi
Risiko inflasi dalam saham adalah potensi penurunan daya beli akibat dari kenaikan tingkat inflasi. Inflasi sendiri meruapakan fenomena dimana harga barang dan jasa secara umum meningkat dalam waktu tertentu.
Dampak risiko inflasi terhadap investasi saham antara lain penurunan nilai riil, pendapatan dividen, juga berpengaruh terhadap kinerja pasar saham.
5. Risiko Suspend
Berikutnya ada risiko suspend. Pada risiko ini, jika ada suatu saham terkena suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh otoritas bursa efek, investor tidak dapat menjual sahamnya hingga dicabut dari status suspend.
Jangka waktu suspend bervariasi, biasanya berlangsung dalam waktu singkat, hanya dalam kurun waktu satu sampai beberapa hari perdagangan.
Ada beberapa hal yang menyebabkan saham mengalami suspend, diantaranya:
- Harga saham mengalami kenaikan atau penurunan harga yang luar biasa dalam waktu singkat.
- Perusahaan tersebut dipailitkan oleh kreditornya.
- Suatu kondisi dimana otoritas bursa meminta konfirmasi perusahaan tersebut, misalnya bila perusahaan tidak memberi laporan keuangan hingga batas waktu yang ditentukan.
6. Risiko Kebangkrutan
Risiko berikutnya yaitu risiko kebangkrutan yang umum dialami setiap perusahaan ketika mereka tidak mampu melunasi utangnya hingga dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan. Jika perusahaan bangkrut, maka investor hanya akan menerima pembagian dari nilai aset yang tersisa setelah digunakan untuk melunasi berbagai kewajiban.
Biasanya risiko investasi saham jenis ini terjadi ketika kinerja perusahaan menurun sehingga perusahaan tidak punya pemasukan yang cukup untuk membayar kewajiban utangnya.
7. Risiko Pasar
Risiko sistematis merupakan risiko yang dapat mempengaruhi performa keseluruhan pasar, bukan hanya saham atau perusahaan tertentu. Risiko investasi saham jenis ini sering disebut sebagai resiko yang tidak dapat dihindari, artinya resiko ini akan menimpa seluruh investor baik pemula maupun berpengalaman tanpa terkecuali.
Contoh risiko pasar adalah perubahan tingkat suku bunga, kebijakan pemerintah, dan kondisi sosial politik negara. Resiko tersebut bisa mempengaruhi pergerakan harga saham secara menyeluruh tanpa batasan jenis sahamnya.
8. Risiko Tidak Sistematis
Terakhir, ada risiko tidak sistematis yang merupakan risiko yang murni dialami oleh suatu perusahaan saja, seperti risiko pesaing baru, risiko kesalahan manufaktur atau produksi. Ini merupakan jenis risiko saham yang masih bisa diminimalisir oleh investor.
Biasanya investor berpengalaman akan lebih mahir dalam menangani risiko tidak sistematis. Hal ini dikarenakan mereka memiliki kemampuan untuk membedakan perusahaan mana yang kinerjanya baik dan mana yang tidak.
Cara Menyikapi Risiko Saham
Risiko selalu ada dalam investasi saham. Oleh karena itu, terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan investor untuk mengelola risiko dan membuat keputusan investasi yang tepat. Berikut ini informasinya:
1. Memahami Profil Risiko
Dalam melakukan investasi saham, investor harus mengetahui terlebih dulu profil risikonya. Dengan demikian, investor bisa mengetahui apakah saham yang dipilih untuk berinvestasi sudah sesuai atau tidak sesuai. Terdapat 3 kategori profil risiko, yaitu
- Konservatif: Profil risiko investasi yang konservatif mengacu pada tipe investor yang lebih mengutamakan kestabilan dan keamanan dana ketimbang keuntungan nilai investasi.
- Moderat: Merupakan tipe investor dengan tingkat toleransi risiko yang setara antara keuntungan dan kerugian.
- Agresif: Profil risiko agresif merujuk pada preferensi atau kecenderungan seorang investor untuk mengambil risiko tinggi dalam bereinvestasi.
2. Diversifikasi Portofolio
Diversifikasi adalah strategi kunci dalam mengurangi risiko investasi saham. Diversifikasi sendiri melibatkan penyebaran investasi di berbagai saham atau aset yang berbeda.
Dengan cara ini, jika salah satu investasi investor mengalami penurunan nilai, potensi kerugian keseluruhan portofolio akan lebih rendah. Investor dapat melakukan investasi di berbagai industri yang berbeda, memiliki kombinasi saham, obligasi dan instrumen investasi lain dalam portofolio.
3. Penelitian Mendalam
Penelitian mendalam merupakan kunci untuk membuat keputusan investasi yang lebih baik dan tepat. Lakukan riset menyeluruh tentang perusahaan atau saham yang akan dibeli. Tinjau laporan keuangan, lakukan analisis fundamental, dan berita terupdate yang dapat mempengaruhi harga saham.
Melakukan penelitian mendalam sebelum investasi dapat membantu investor menghindari potensi perangkap dan mengelola risiko dengan lebih baik.
Investasi saham memiliki memiliki beberapa risiko yang perlu diperhatikan. Dengan memahami jenis risiko dan cara mengatasinya, maka investor dapat membuat keputusan investasi yang tepat.