Sejarah Credit Suisse, Bank Investasi yang Terancam Bangkrut
Credit Suisse, institusi keuangan berusia 166 tahun yang pernah menjadi lambang kebanggaan Swiss, tengah berjuang untuk tetap eksis. Ini terjadi setelah investor, yang takut bank akan kesulitan likuiditas, menjual sahamnya, yang akhirnya justru membuat risiko default semakin tinggi.
Setelah penutupan perdagangan di Eropa, Rabu (15/3), Bank Nasional Swiss, selaku bank sentral, mengatakan akan turun tangan dan memberikan dukungan kepada Credit Suisse jika diperlukan.
Mengutip New York Times, pada Kamis (16/3), Credit Suisse mengatakan meminjam hingga CHF 50 miliar, atau sekitar US$ 54 miliar, dari Bank Nasional Swiss untuk menangkal kekhawatiran tentang kesehatan keuangannya. Credit Suisse juga mengatakan akan berusaha untuk membeli kembali utang hingga CHF 3 miliar.
Ulasan berikut ini akan membahas mengenai sejarah berdirinya Credit Suisse, dan perjalanan institusi keuangan ini hingga ancaman kebangkrutannya memasuki dekade ketiga abad ke-21.
Sejarah Credit Suisse
Mengutip situs resminya, Credit Suisse Group AG terbentuk pada 5 Juli 1856, melalui penggabungan antara Swiss Credit Institution (Schweizerische Kreditanstalt) dengan Allgemeine Deutsche Credit-Anstalt.
Pada awalnya, Credit Suisse fokus pada penyaluran pembiayaan dalam negeri Swiss untuk proyek-proyek kereta api. Tujuannya, untuk menghindari bank-bank Prancis yang ingin mempengaruhi sistem kereta api Swiss.
Model bisnis Credit Suisse awalnya mencontoh Crédit Mobilier, sebuah bank yang mendanai proyek kereta api di Prancis yang didirikan dua tahun sebelumnya. Namun, Credit Suisse memiliki kebijakan pinjaman yang lebih konservatif, yang berfokus pada pinjaman jangka pendek hingga menengah.
Pada tahun pertama operasinya, 25% pendapatan bank berasal dari pengembangan jalur kereta api di bagian timur Swiss, yang dibangun oleh perusahaan Escher, sang pendidi Credit Suisse, yakni Nordostbahn.
Credit Suisse memainkan peran penting dalam perkembangan ekonomi Swiss, membantu negara tersebut mengembangkan sistem mata uang, mendanai pelaku usaha, dan berinvestasi di jalur kereta api Gotthard, yang menghubungkan Swiss dengan sistem kereta api Eropa pada 1882.
Pada awal 1900-an, Credit Suisse mulai melayani konsumen dan kelas menengah dengan produk-produk seperti tabungan, deposito, dan penukaran mata uang. Cabang pertama di luar Zürich dibuka pada 1905 di Basel. Credit Suisse juga dikenal berperan aktif membantu restrukturisasi perusahaan-perusahaan Eropa yang terkena dampak Perang Dunia I.
Setelah Perang Dunia II, Credit Suisse semakin memantapkan posisi dalam pasar keuangan global. Pasalnya, bank ini terlibat aktif dalam upaya rekonstruksi negara-negara yang terdampak, termasuk di dalamnya perusahaan-perusahaan besar yang membutuhkan rekonstruksi.
Di tahun-tahun selanjutnya, Credit Suisse mencatatkan peningkatan kinerja signifikan. Credit Suisse berkembang secara bertahap menjadi penyedia layanan keuangan global, yang dicapai melalui pertumbuhan organik maupun non-organik, seperti serangkaian aksi merger dan akuisisi.
Beberapa aksi penggabungan usaha yang dilakukan antara lain, bank investasi AS CS First Boston pada 1990, dan bank swasta Swiss Bank Leu pada 1993.
Kemudian, ada pula akuisisi bank terbesar keempat di Swiss, Volksbank pada 1993, wealth manager hedging asal Brasil, Griffo pada 2007, Wealth Management Businesses Morgan Stanley di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika pada 2013.
Pada 2006, Credit Suisse mulai beroperasi sebagai bank universal penyedia jasa terintegrasi yang aktif dan menyediakan solusi secara global untuk klien di bidang perbankan swasta, perbankan investasi, dan manajemen aset.
Tak selalu mulus, aktivitas bisnis Credit Suisse juga diwarnai berbagai persoalan. Pada 2011, seperti banyak pesaingnya, perusahaan mengurangi jumlah karyawan untuk menghadapi pasar yang memburuk di seluruh dunia.
Pada 2014, mereknya ternoda oleh kasus di Departemen Kehakiman AS, di mana Credit Suisse dinyatakan bersalah berkonspirasi untuk membantu penghindaran pajak atas nama kliennya. Bank mencapai kesepakatan dengan Departemen Kehakiman pada Januari 2017, mengenai masalah sekuritas berbasis hipotek perumahan.
Saat ini, Credit Suisse beroperasi di lebih dari 50 negara dan lebih dari 47.860 karyawan dari lebih dari 150 negara yang berbeda.
Lini Bisnis Credit Suisse
Lini bisnis Credit Suisse terdiri atas empat, yakni perbankan, bank investasi, wealth management, dan manajemen aset. Berikut ini penjelasan masing-masing lini bisnis tersebut.
1. Perbankan
Divisi bank Credit Suisse menawarkan saran yang komprehensif dan berbagai solusi keuangan untuk klien swasta, perusahaan dan institusi, yang utamanya berdomisili di Swiss.
Divisi ini menyediakan layanan pembiayaan konsumen melalui anak perusahaannya, BANK-now dan merek kartu kredit terkemuka melalui investasinya di Swisscard AECS GmbH. Lalu, bisnis klien korporat dan institusi melayani klien korporat besar, usaha kecil dan menengah (UKM), klien institusi, lembaga keuangan, dan pedagang komoditas.
2. Bank Investasi
Bank Investasi menawarkan berbagai produk dan layanan keuangan yang berfokus pada bisnis yang digerakkan oleh klien. Rangkaian produk dan layanannya mencakup penjualan sekuritas global, perdagangan dan eksekusi, peningkatan modal, dan layanan konsultasi.
Klien divisi ini meliputi lembaga keuangan, perusahaan, pemerintah, negara, investor dengan kekayaan sangat tinggi dan lembaga, seperti dana pensiun dan dana lindung nilai, sponsor keuangan, dan individu swasta di seluruh dunia.
3. Wealth Management
Divisi wealth management menawarkan solusi manajemen kekayaan dan investasi yang komprehensif serta layanan pembiayaan dan konsultasi yang disesuaikan untuk individu ultra-high-net-worth (UHNW), dan high-net-worth (HNW), serta manajer aset eksternal. Divisi ini melayani klien dengan area cakupan Swiss, Eropa, Timur Tengah dan Afrika, Asia Pasifik dan Amerika Latin.
4. Manajemen Aset
Bisnis manajemen aset sebelumnya merupakan bagian dari wealth management, sebelum kemudian dipisah. Divisi ini menawarkan solusi dan layanan investasi secara global kepada berbagai klien, termasuk dana pensiun, pemerintah, yayasan, sovereign fund, perusahaan dan individu.
Ancaman Kebangkrutan Credit Suisse
Permasalahan di tubuh Credit Suisse telah mencuat sejak kuartal III-2022, di mana harga sahamnya mengalami penurunan tajam hingga 60% sejak awal tahun. Kejatuhan harga saham ini merupakan imbas dari laporan Financial Times, yang menyebutan para eksekutif Credit Suisse tengah meyakinkan para investor utamanya di tengah meningkatnya kekhawatiran kondisi keuangan perusahaan.
Situasi ini tak pelak memunculkan kekhawatiran, di tengah meningkatnya risiko resesi ekonomi global, Credit Suisse bisa bernasib seperti Lehman Brothers, salah satu bank investasi terbesar keempat di Amerika Serikat yang jatuh pailit dihantam krisis pada 2008 silam dengan utang senilai US$ 613 miliar.
Kekhawatiran terhadap kondisi Credit Suisse terjadi karena spread credit default swap naik tajam ke level 250. Ini sebenanrya bukan level yang tidak biasa bagi sebuah perusahaan, tetapi tinggi untuk bank besar, dan level terburuk Credit Suisse sejak 2009.
Kekhawatiran investor terhadap kinerja dan kondisi keuangan Credit Suisse sedikit banyak terbukti, di mana pada 9 Februari 2023, bank melaporkan kerugian tahunan sebesar CHF 7,3 miliar atau setara dengan US$ 7,84 miliar. Ini merupakan kerugian terbesar sejak krisis keuangan global 2008.
Pada tanggal 14 Maret di tahun yang sama, Credit Suisse menerbitkan laporan tahunannya untuk tahun 2022 dengan menyatakan telah mengidentifikasi "kelemahan material" dalam kontrol atas pelaporan keuangan.
Kemudian, pada 15 Maret, harga sahamnya turun hampir 25%. Katalis langsung untuk penurunan harga saham bank ini adalah komentar Ammar Al-Khudairy, Chairman Bank Nasional Saudi, pemegang saham terbesar Credit Suisse.
Dalam sebuah wawancara televisi, Al-Khudairy mengatakan perusahaannya tidak akan memasukkan lebih banyak uang ke Credit Suisse. Ia kemudian mengklarifikasi bahwa kepemilikan Bank Nasional Saudi dalam Credit Suisse tidak akan melampaui 9,9%.
Tidak seperti Silicon Valley Bank, Credit Suisse dianggap sebagai lembaga keuangan global yang penting secara sistemik, dengan aset mencapai US$ 569 miliar pada akhir 2022 dan persyaratan modal yang jauh lebih ketat.
Selain itu, tidak ada tanda-tanda lubang menganga di neraca bank, dan ada puluhan miliar dolar AS uang tunai yang disimpan beberapa bank sentral di seluruh dunia yang dapat dimanfaatkan.
Dilansir dari New York Times, Credit Suisse telah terpukul oleh kesalahan dan kontroversi yang dilakukannya selama bertahun-tahun. Ini termasuk kerugian perdagangan yang sangat besar terkait dengan perusahaan investasi Archegos dan Greensill Capital.
Kredibilitas Credit Suisse juga dipertanyakan, setelah muncul serangkaian skandal, termasuk keterlibatan dalam pencucian uang dan memata-matai mantan karyawan.
Credit Suisse juga kehilangan sekitar US$ 147 miliar simpanan pelanggan dalam tiga bulan terakhir tahun lalu. Ini membuat investor mempertanyakan kesehatan keuangannya.
Perusahaan wealth management asal AS, Macroaxis, memperkirakan Credit Suisse Group memiliki probabilitas kebangkrutan sebesar 52%. Ini 4,15% lebih tinggi dari sektor pasar modal dan jauh lebih tinggi dari industri keuangan. Sebagai perbandingan, probabilitas kebangkrutan untuk semua saham AS adalah 30,55%.