Profil Recept Tayyip Erdogan, Pemimpin Terlama Turki, Lebih 2 Dekade
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali memenangkan pemilihan presiden Turki. Hasil ini memperpanjang kepemimpinannya yang telah berlangsung selama dua dekade. Erdogan merupakan pemimpin terlama di negara tersebut.
“Satu-satunya pemenang hari ini adalah Turki,” kata Erdogan seperti dikutip dari Reuters, Minggu (28/5). “Saya berterima kasih ke rakyat yang lagi-lagi memberikan kami tanggung jawab untuk memerintah negara ini lima tahun lagi.”
Erdogan memperoleh 52,1% pangsa suara. Sedangkan penantangnya Kemal Kilicdaroglu memperoleh 47,9% pangsa suara. Selisih yang relatif tipis ini menandai perpecahan yang dalam di masyarakat Turki.
Kilicdaroglu mengatakan, pemilihan presiden pada Minggu merupakan “yang paling tidak adil sepanjang sejarah” negara dengan penduduk hampir 85 juta jiwa itu. Namun, oposisi yang berlatar belakang ekonom tersebut mengatakan perolehan suaranya menandai keinginan rakyat untuk mengubah pemerintahan yang saat ini otoriter.
Latar Belakang Erdogan
Erdogan berasal dari keluarga musim konservatif yang tergolong miskin. Pria kelahiran 1954 itu awalnya tinggal di Güneysu, sebuah kota dengan populasi 8.722 jiwa di provinsi Rize. Namun, keluarganya kemudian pindah ke sebuah kawasan pekerja di Istabul.
Semasa remaja, Erdogan hanya mendapatkan uang jajan yang kecil. Ia menggunakannya untuk membeli kartu pos dan menjualnya kembali di jalan-jalan.
Ia juga mencari uang dengan menjual minuman dalam kemasan ke para pengemudi yang sedang terjebak dalam kemacetan lalu lintas. Erdogan sempat menjual roti mirip donat, yang disebut simit, dengan gerobak tiga roda.
Erdogan menghabiskan masa mudanya saat ekonomi Turki terpuruk. Menurut data Bank Dunia, produk domestik bruto (PDB) negara transkontinental ini berkontraksi dua tahun berturut-turut. PDB-nya menyusut secara tahunan 0,6% pada 1979 dan 2,4% pada 1980.
Pada 1976, Erdogan mulai terjun ke politik dengan bergabung ke sebuah kelompok antikomunis yang bernama Serikat Nasional Mahasiswa Turki (MTTB). Kelompok ini beroperasi dengan dana pemerintah dan cenderung mengambil posisi propemerintah.
Dari Organisasi Pemuda ke Kursi Nomor Satu Turki
Karier politik Erdogan memasuki babak baru ketika ia bergabung dengan Partai Keselamatan Nasional (NSP) pada 1976. Ia berhasil memperoleh kursi kepemimpinan cabang pemuda dari partai itu untuk Beyoglu, sebuah wilayah di Istanbul yang masuk ke benua Eropa.
Jabatan publik pertama Erdogan adalah Walikota Istanbul, yang ia jabat antara 1994 dan 1998. Sebagai seorang kandidat berusia 40 tahun, ia memenangkan pemilihan dengan kira-kira 25% pangsa suara. Ia menghadapi berbagai masalah perkotaan, mulai dari lalu lintas hingga ke polusi.
Pada 2003, Erdogan memulai kepemimpinannya di Turki sebagai perdana menteri dan mengembannya hingga 2014. Berakhirnya jabatan Erdogan bertepatan dengan transisi sistem pemerintahan Turki ke presidensial dari parlementer.
Pada 2014, Erdogan menggeser kekuasaannya dari kursi perdana menteri ke kursi presiden. Ia memenangkan Pilpres 2014 sebanyak 51,79% pangsa suara dan menjadi presiden ke-12 negara itu. Politisi Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP) kembali memenangkan Pilpres 2018 dengan pangsa suara 52,59%.
Setelah memenangkan Pilpres 2023, Erdogan akan menjadi pemimpin Turki yang menjabat paling lama sejak Mustafa Kemal Ataturk membangun negara itu. Ataturk merupakan pejuang revolusi yang akhirnya menjadi presiden pertama dan perdana menteri pertama di negara itu pada 1923 sampai 1938.