Sejarah Pencalonan Presiden oleh PDIP: dari Megawati hingga Jokowi

Dzulfiqar Fathur Rahman
12 Januari 2023, 12:11
Ketua DPP PDI Perjuangan, yang juga Ketua DPR RI Puan Maharani memberikan sambutan pada acara Bimbingan Teknis (Bimtek) Anggota DPRD PDI Perjuangan Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Indonesia di Jakarta, Senin (9/1/2023). Kegiatan Bimtek tersebut dil
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/hp.
Ketua DPP PDI Perjuangan, yang juga Ketua DPR RI Puan Maharani memberikan sambutan pada acara Bimbingan Teknis (Bimtek) Anggota DPRD PDI Perjuangan Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Indonesia di Jakarta, Senin (9/1/2023).

Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDIP) dikabarkan sudah mengantongi nama calon presiden untuk pemilihan 2024.

Ketua dewan pengurus pusat PDIP Puan Maharani mengatakan Megawati sudah menentukan capres pilihan partai meskipun belum diumumkan. 

“Ibu [Megawati] sudah punya nama di kantongnya. Tinggal diumumkan. Jadi tidak usah tengok kiri-kanan. Tidak usah bingung harus si ini, harus si itu, kayaknya si ini dan si itu,” kata Puan Senin (9/1/2023).

Dalam peringatan HUT ke-50 PDIP yang digelar pekan lalu, Megawati memang belum menyebut nama capres. Namun, dalam pidatonya ia banyak menyinggung soal peran perempuan dalam politik Indonesia. Hal ini pun menimbulkan spekulasi bahwa Megawati akan menunjuk putrinya Puan Maharani untuk bertarung di Pemilu 2024. 

Dalam sejarahnya, PDIP kalah dua kali dan menang dua kali dalam empat pemilihan presiden (Pilpres) terakhir. PDIP pertama kali mengusungkan calon presiden pada Pilpres 2004. Kala itu, PDIP dan Partai Damai Sejahtera Pembaharuan (PDS) mencalonkan Megawati sebagai calon presiden. Ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hasyim Muzadi menjadi calon wakil presidennya.

(Baca: Soal Capres PDIP, Puan Sebut Tak Ada Bintang Bersinar Sendiri)

Pilpres 2004 berlangsung dalam dua putaran. Pada putaran pertama, pasangan calon Megawati-Hasyim bersaing dengan empat pasangan calon lainnya. Ini terdiri dari Wiranto-Salahuddin Wahid, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.

Pada putaran kedua, pasangan calon Megawati-Hasyim Muzadi berhadapan langsung dengan pasangan calon SBY-Jusuf Kalla (JK). Megawati dan Muzadi kalah dengan pangsa suara 39,38%.

Sebaliknya, SBY dan JK memenangkan 60,62% pangsa suara. Mereka merupakan pasangan calon yang diusung oleh Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).

Megawati kalah meskipun merupakan seorang petahana. Putri Presiden Soekarno ini menjabat sebagai Presiden antara Juli 2001 dan Oktober 2004. Dia menggantikan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang dimakzulkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sebelumnya, dia merupakan wakil presiden untuk Gus Dur.

Pada Pilpres 2009, PDIP kembali mengusung Megawati sebagai kandidat presiden. Ketua umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto menjadi calon wakil presidennya.

Megawati dan Prabowo menghadapi dua pasangan calon lainnya pada Pilpres 2009. Mereka adalah SBY-Boediono dan JK-Wiranto. JK dan Wiranto merupakan pasangan calon yang diusung oleh Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).

Pasangan calon Megawati-Prabowo kalah dengan pangsa suara 26,79%. Pasangan calon SBY-Boediono memenangkan 60,80% pangsa suara. Sementara itu, pasangan calon Jusuf Kalla-Wiranto memperoleh 12,41% pangsa suara.

Pada Pilpres 2014, PDIP untuk pertama kalinya mengusungkan kandidat selain Megawati. Partai banteng itu mengusung Joko Widodo (Jokowi). Saat itu, Jokowi belum selesai menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Jokowi maju ke Pilpres 2014 bersama JK sebagai calon wakil presidennya. Politisi dengan kemeja kotak-kotak itu berhasil memenangkan 53,15% pangsa suara. Ini mengalahkan pasangan calon Prabowo-Hatta Rajasa yang memperoleh 46,85% pangsa suara.

Pilpres 2014 menandai kemenangan pertama calon presiden yang diusung oleh PDIP sejak 2004. Ini juga menandai pergeseran posisi PDIP di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari oposisi menjadi pendukung pemerintah.

Pada Pilpres 2019, PDIP kembali mengusung Jokowi. Kali ini, politisi asal Surakarta, Jawa Tengah, itu berpasangan dengan Ma’ruf Amin sebagai calon wakil presidennya.

Pasangan calon Jokowi-Ma’ruf Amin memenangkan 55,5% pangsa suara. Sebaliknya, pasangan calon Prabowo-Sandiaga Uno kalah dengan pangsa suara 44,5%.

Sejak Pilpres 2014, PDIP telah memperkuat dukungan pemilihnya. Ini terlihat dalam peningkatan 2,35 poin pangsa suara yang dimenangkan oleh Jokowi dan pasangan calon wakil presidennya.

Reporter: Dzulfiqar Fathur Rahman

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...