Stasiun BBM Pertashop, Benarkah Tekan Disparitas Harga BBM?

Aditya Widya Putri
13 Juli 2023, 09:48
Direktur Pemasaran Retail PT Pertamina (Persero) Mas'ud Khamid (tengah) bersama Komisaris Condro Kirono (kiri) berbincang dengan Kepala Desa saat sosialisasi kemitraan bisnis Pertashop kepada Kepala Desa se-Jawa Barat di Sentul International Covention Ce
ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
Direktur Pemasaran Retail PT Pertamina (Persero) Mas'ud Khamid (tengah) bersama Komisaris Condro Kirono (kiri) berbincang dengan Kepala Desa saat sosialisasi kemitraan bisnis Pertashop kepada Kepala Desa se-Jawa Barat di Sentul International Covention Center (SICC), Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (2/3/2020).

Paguyuban pengusaha Pertamina Shop (Pertashop) menuntut izin penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite atau RON 90 dengan harga non-subsidi. Tak seperti janji bisnis PT Pertamina yang manis, Pertashop lebih banyak merugi dan gulung tikar.

Pelaku usaha Pertashop mengeluh kinerja bisnis mereka menurun beberapa waktu terakhir. Hal ini merupakan imbas maraknya penjual Pertalite eceran, sekaligus disparitas harga jual Pertamax dan Pertalite yang mencapai Rp 2.500 - Rp 2.800 per liter.

Mereka menilai besaran investasi pembangunan Pertashop sebanyak Rp570 juta tak sebanding dengan pendapatan bersih rata-rata pelaku usaha senilai Rp1,2 juta per bulan. Sebanyak 201 dari 518 pelaku usaha Pertashop yang terhimpun di Himpunan Pertashop Merah Putih Indonesia (HPMPI) merugi, semantara 66 pelaku usaha gulung tikar.

Anggota HPMI rata-rata menjual 200 liter Pertamax per hari atau 6.000 liter bulan. Dengan harga jual Rp12.400 per liter, pelaku usaha dapat memperoleh laba kotor Rp5,1 juta dari hasil margin perjualan Pertamax senilai Rp850 per liter.

Dari omzet Rp5,1 juta tersebut, pelaku usaha hanya menerima laba sejumlah Rp1,2 juta per bulan setelah terpotong biaya operasional bulanan seperti upah operator, pajak reklame, sewa tempat, hingga biaya listrik dan air.

Walhasil mereka meminta izin menjual BBM jenis Pertalite atau RON 90 dengan harga non-subsidi. Para pengusaha juga ingin agar Pertashop dapat menjadi pangkalan untuk menjual gas elpiji tiga kilogram.

Namun PT Pertamina tak merespon positif usulan tersebut dengan alasan belum bisa mengakomodir penjualan elpiji dan BBM bersubsidi di Pertashop.

Jejak Kemunculan Pertashop

Pada tahun 2018 Pertamina meluncurkan Pertashop sebagai upaya mendorong pemerataan akses energi, terutama di daerah yang jauh dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...