Kepala BKPM: Resesi Singapura Tak Pengaruhi Aliran Modal Asing ke RI
Singapura menjadi negara penanam modal asing terbesar di Tanah Air pada semester I 2020. Namun, Negeri Merlion tersebut tengah berada dalam jurang resesi ekonomi.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengaku tak khawatir dengan hal tersebut. "Tidak terlalu berpengaruh terhadap investasi," kata Bahlil dalam konferensi virtual, Rabu (22/7).
Bahlil beralasan investasi Singapura sudah masuk ke Indonesia. Sehingga, realisasi investasi tak akan terhambat meski negara tersebut mengalami resesi.
"Saya yakin tetap jalan, buktinya ekonomi mereka sudah minus tapi tetap paten realisasinya," ujarnya.
Meski demikian, Bahlil akan mencari alternatif ke negara lainnya yang berpotensi menjadi penanam modal besar di RI, salah satunya Taiwan. Negara tersebut, menurut dia, sudah berkomunikasi dengan Indonesia untuk merelokasi beberapa investasi dari Tiongkok.
"Mereka sudah ngomong, tapi belum mau di-publish. Masih potensial untuk dikejar," kata dia.
Selain mengandalkan penanaman modal asing (PMA), Bahlil juga mengejar penanaman modal dalam negeri (PMDN). Untuk diketahui, nilai investasi pada semester I 2020 tercatat Rp 402,6 triliun. Angka tersebut didominasi PMDN 51,4% atau Rp 207 triliun, naik 13,2% secara tahunan.
Sedangkan porsi PMA hanya 48,6% atau Rp 195,6 triliun, turun 8,1%. Singapura masih menjadi negara penanam modal tertinggi yakni US$ 4,7 miliar pada semester I 2020, naik 36,2% dibanding semester I 2019.
Sementara itu, Tiongkok US$ 2,4 miliar, Hong Kong US$ 1,8 miliar, Jepang US$ 1,2 miliar, dan Malaysia US$ 800 miliar. Adapun Taiwan berada di posisi kesembilan dengan nilai US$ 77,3 juta.
Pulau Jawa masih menjadi tujuan utama investasi dengan porsi 51,9% atau Rp 208,9 triliun. Sedangkan di luar Pulau Jawa sebesar 48,1%, atau Rp 193,7 triliun.
Adapun lima besar provinsi tujuan investasi di Tanah Air yakni, Jawa Barat Rp 57,9 triliun, Jawa Timur Rp 51 triliun, DKI Jakarta Rp 50,2 triliun, Jawa Tengah Rp 27,8 triliun, dan Riau Rp 22,8 triliun.
Sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi menjadi sektor invetasi terbesar dengan nilai Rp 76,3 triliun, disusul sektor listrik, gas, dan air Rp 48,5 triliun.
Kemudian, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya RP 45,2 triliun, perumahan, kawasan industri, dan perkantoran Rp 33 triliun, serta industri makanan Rp 29,6 triliun.
Penulis/Reporter : Agatha Olivia Victoria