Perbedaan Vaksin Sinopharm & Moderna untuk Vaksinasi Gotong Royong

Image title
2 Maret 2021, 10:59
kadin, vaksin virus corona, covid-19, virus corona, pandemi corona, pandemi, jakarta, gerakan 3M
ANTARA FOTO/REUTERS/Eduardo Munoz/Pool/foc/cf
Eduardo Munoz/Pool Michelle Chester, DNP, direktur, pegawai layanan kesehatan, Northwell memperlihatkan vaksin penyakit virus korona (COVID-19) Moderna di Northwell Health's Long Island Jewish Valley Stream Hospital di New York, Amerika Serikat, Senin (21/12/2020). Kadin memesan 20,2 juta vaksin Moderna dan Sinopharm.

Pemerintah telah mengizinkan perusahaan swasta menyelenggarakan program vaksinasi gotong royong. Dengan keputusan tersebut, Kamar Dagang dan Industri Indonesia atau Kadin langsung memesan 20,2 juta dosis vaksin virus corona dari Moderna dan Sinopharm. 

Adapun kedua vaksin tersebut dikembangkan dengan dua metode berbeda. Hal itu pun menyebabkan kemanjuran, cara penyimpanan, dan harga kedua vaksin menjadi tidak sama.

Seperti vaksin Covid-19 yang dikembangkan Moderna dibuat dengan metode messenger RNA (mRNA). Berdasarkan hasil uji klinis fase ketiga, vaksin Moderna mampu mencegah Covid-19 hingga 92% setelah 14 hari pemberian dosis pertama.

Selain itu, vaksin tersebut tetap efektif melawan varian virus baru, termasuk termasuk B.1.1.7 dan 501Y.V2. Namun, efikasi vaksin sedikit lebih rendah jika digunakan pada orang berusia di atas 65 tahun ke atas.

Adapun pengguna vaksin tersebut harus berusia 18 tahun ke atas. Satu orang memerlukan dua dosis dengan interval pemberian vaksin selama 28 hari. Adapun harga per satu dosis vaksin Moderna dipatok sebesar US$ 33 atau setara Rp 473.000. 

Di sisi lain, vaksin dari mRNA baik Pfizer dan Moderna cenderung memicu alergi parah yang dapat mengancam nyawa. Meskipun efek samping tersebut sangat langka dijumpai pada orang yang divaksin dengan metode mRNA. 

Dengan potensi tersebut, CDC mengimbau orang yang divaksin dipantau selama 15 menit setelah mendapatkan suntikan Covid-19. Sedangkan orang yang memiliki riwayat alergi parah perlu dipantau selama 30 menit.

Data terbaru dari CDC menunjukkan bahwa risiko alergi parah terjadi pada sekitar 2,5 kasus per satu juta orang yang mendapatkan suntikan vaksin Moderna. Mayoritas orang yang mengalami efek samping tersebut memang telah memiliki riwayat alergi parah. 

Selain potensi efek sampingg yang parah, vaksin Moderna juga memerlukan kondisi khsusu dalam penyimpanannya. Vaksin berbasis mRNA itu harus disimpan di bawah suhu minus 20 derajat Celcius. 

Di sisi lain, vaksin yang dikembangkan Sinopharm dibuat dengan menggunakan virus yang tidak aktif. Vaksin tersebut dapat disimpan dalam suhu freezer.

Dari sisi kemanjuran, vaksin Sinopharm memiiliki efikasi hingga 72,51% setelah dua suntikan. Adapun hasil tersebut berdasarkan uji klinis fase III yang dimulai pada 16 Juli 2020 di beberapa negara, salah satunya Uni Emirat Arab.

Berdasarkan hasil uji klinis tersebut, vaksin Covid-19 yang dikembangkan Sinopharm mendapat izin penggunaan darurat dari otoritas Tiongkok pada Kamis (25/2) pekan lalu. Setelah mendapatkan izin tersebut, Sinopharm pun siap memproduksi 100 juta dosis vaksin per tahun.

Adapun harga vaksin tersebut berdasarkan data globaltimes.cn mencapai 200 yuan atau sekitar US$ 30,57 per dosis. Itu berarti harga per dosisnya jika dijual di Indonesia mencapai Rp 438 ribu. 

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...