Kolaborasi Fintech Lending dan BPR Berpotensi Turunkan Bunga Pinjaman
Kolaborasi antara fintech lending dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tengah menjadi tren. Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menyatakan tren tersebut dapat berpotensi menurunkan bunga pinjaman.
Kepala Bidang Kelembagaan dan Humas AFPI Tumbur Pardede mengatakan penurunan bunga pinjaman bisa didapat dari integrasi data antara fintech lending dan BPR yang berpeluang menurunkan premi risiko (risk premium) atas kredit yang diberikan. "Ke depannya hal tersebut akan kami sepakati," ujar Tumbur kepada Katadata, Senin (30/9) malam.
Saat ini AFPI menetapkan bunga pinjaman maksimal 0,8% per hari hanya untuk pinjaman tunai jangka pendek maksimal 30 hari. Besaran buang tersebut sudah termasuk komponen biaya yang terdiri dari biaya bunga pemberi pinjaman (lender), biaya dari penyelenggara platform fintech lending, biaya risk management, serta biaya transaksi untuk pinjaman tunai jangka pendek.
Dengan potensi penurunan bunga pinjaman, asosiasi akan fokus pada fintech lending yang dapat masuk ke dalam bisnis BPR. Dengan begitu, sektor ekonomi digital bisa mengakselerasi pertumbuhan penyaluran pinjaman.
"Sebagai contoh, kami sudah melakukan kerja sama dengan Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat terkait kolaborasi proyek percontohan," ujarnya.
(Baca: Sebanyak 127 Fintech Pinjaman Sudah Melayani 15 Juta Penduduk)
Tumbur menjelaskan, BPR dan fintech lending memiliki model bisnis yang berbeda, namun dapat berkolaborasi dalam penggunaan teknologi digital. Kolaborasi antara dua industri ini bisa berbentuk penyaluran (channeling), sehingga BPR dapat berperan sebagai pemberi pinjaman dan fintech lending bisa menerapkan teknologi untuk penilaian kredit.
"Melalui kolaborasi seperti ini diharapkan semakin banyak kerjasama yang terjalin antar industri jasa keuangan serta semakin banyak masyarakat Indonesia yang memiliki akses layanan finansial yang lebih mudah sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi semakin lebih baik," ujarnya.
Ada beberapa fintech lending yang telah berkolaborasi dengan BPR. Salah satunya Modalku dengan PT BPR Varia Centralartha (Bank Varia), PT BPR Bekasi Binatanjung Makmur (BPR BBTM), dan PT BPR Sukawati Pancakanti (BPR Kanti) sejak 18 September lalu.
Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan bentuk kerja sama ini adalah pendanaan bersama (joint financing), di mana keempat pihak bersama-sama mengumpulkan dana untuk membiayai peminjam Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Sistem joint financing atau pendanaan bersama yang dijalankan ketika nilai pinjaman yang diajukan peminjam terlalu besar untuk dibiayai satu bank atau satu institusi keuangan. "Jadi beberapa institusi keuangan secara kolektif mendanai pinjaman tersebut," ujar Reynold.
Reynold melanjutkan, kerja sama itu memungkinkan Modalku untuk menjangkau lebih banyak pengguna, tidak terbatas pada wilayah operasional. Selain itu, Modalku dan BPR bisa mengawasi peminjam secara bersama-sama, sehingga tingkat risiko pinjaman bisa lebih diperhitungkan dan analisis usaha semakin komprehensif.
(Baca: Peluang Konsolidasi Fintech di Mata GoPay, OVO dan DANA)
Selain itu ada Crowdo yang berkolaborasi dengan BPR Perdana, BPR Supradanamas, dan BPR Fiducia Civitas sejak 22 Agustus lalu. Head of Lender Relation Crowdo Joshua Sihombing mengatakan tujuan kolaborasi tersebut adalah memperkuat ekosistem ekonomi digital dan memberikan kontribusi positif dalam roda perekonomian di Indonesia.
"Melalui kolaborasi strategis ini diharapkan pola pembiayaan dan pertumbuhan UMKM menjadi semakin meningkat sehingga dapat menjadi solusi untuk menyelesaikan permasalahan financing gap dan inklusi keuangan di Indonesia," ujar Joshua.
Selanjutnya, Kredit Pintar yang berkolaborasi dengan BPD Bali, Bank DKI, dan BPR Perdana sejak 22 Agustus lalu. Berikutnya fintech itu juga melakukan kolaborasi bersama BPR Sukawati Pancakanti (BPR Kanti) pada 27 September lalu.
CEO dari Kredit Pintar Wisely Wijaya mengatakan, kerja sama tersebut membuktikan industri fintech tidak mendisrupsi dunia perbankan, melainkan menganut asas kolaborasi dalam pengelolaan keuangan melalui layanan digital.
"Kami harap kerjasama berbasis teknologi ini dapat memacu pertumbuhan ekonomi daerah yang tentunya akan berdampak pada ekonomi nasional,” ujar Wisely.
(Baca: BI Dorong Kolaborasi Bank dan Fintech Agar Bunga Pinjaman Turun)
Terakhir, Aktivaku yang berkolaborasi dengan BPR Syariah Bekasi sejak Maret lalu. CEO & Founder Aktivaku Ricky Gandawijaya mengatakan BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Bekasi akan menjadi salah satu pendana untuk pembiayaan produk-produk perusahaan yang ditujukan untuk mendukung perkembangan industri usaha kecil dan menengah di Indonesia, khususnya di wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat.
Adapun produk utama yang dimiliki Aktivaku antara lain adalah Project Financing, Supply-chain Financing dan Credit Take Over Financing. “Bentuk kerja sama saling menguntungkan ini menggabungkan kekuatan BPRS HIK, yang berlandaskan asas syariah dan juga memiliki kedekatan dengan masyarakat di daerah Jawa Barat, dengan kekuatan teknologi di bidang keuangan yang dimiliki oleh Aktivaku,” ujar Ricky.
Kolaborasi ini, menurutnya, juga dimaksudkan untuk dapat memaksimalkan potensi masing-masing institusi untuk memperluas jaringan pemasaran melalui peningkatan pemanfaatan teknologi dalam bidang keuangan yang sudah meluas penggunaannya di kalangan masyarakat.
(Baca: LinkAja Buat Fitur Penyaluran Dana Pinjaman untuk UMKM)