Kasus Virus Corona Makin Merebak, Bursa Saham Global Rontok
Bursa saham global rontok pada perdagangan hari ini, Kamis (27/2). Jumlah kasus infeksi virus corona di Tiongkok untuk pertama kalinya disusul oleh kasus baru di negara lain membuat investor panik dan kabur dari pasar saham.
Dikutip dari Reuters, Asia melaporkan ratusan kasus baru dan Brasil mengkonfirmasi infeksi pertama di Amerika Latin. Virus yang kini bernama covid-19 juga terdeteksi untuk pertama kali di Pakistan, Swedia, Norwegia, Yunani, Rumania, dan Aljazair.
Pasar saham di seluruh dunia telah kehilangan US$ 3,3 triliun dalam empat hari perdagangan, sebagaimana diukur oleh indeks MSCI all country.
Bursa saham Asia hingga perdagangan siang ini makin anjlok. Kospi turun 0,95%, Hang Seng Index 0,78%, STI Index 0,81%, sedangkan Nikkei 225 2,14%, dan IHSG jeblok 2,63%.
Bursa saham Wall Street melemah pada penutupan kemarin, berbalik dari hari sebelumnnya yang menguat. Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 Index melemah 0,46% dan 0,38%, tetapi Nasdaq Composite masih menguat 0,17%.
Harga minyak turun ke level terendah dalam lebih dari setahun.
Presiden AS Donald Trump berusaha menenangkan pasar dan masyarakat yang semakin khawatir. Ia mengatakan dalam siaran langsung bahwa Amerika Serikat sangat sangat siap untuk menghadapi ancaman virus dan bahwa Wakil Presiden Mike Pence akan bertanggung jawab atas respons nasional.
(Baca: IHSG Diramal Masih Turun Karena Virus Corona, Berikut Saham Pilihannya)
Otoritas Kesehatan AS saat ini menangani 59 kasus, mayoritas merupakan orang-orang Amerika yang dipulangkan dari kapal pesiar di Jepang.
Virus yang dapat menyebabkan pneumonia itu diyakini berasal dari pasar yang menjual satwa liar di pusat kota Wuhan, Tiongkok awal tahun ini. Virus ini telah membunuh lebih dari 2.800 orang dan menginfeksi lebih dari 82 ribu orang di seluruh dunia, paling banyak di Tiongkok.
Langkah-langkah karantina radikal telah membantu memperlambat laju penularan di Tiongkok, tetapi penyebaran di luar wilayah tersebut meningkat dengan cepat.
Berdasarkan catatan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, jumlah kasus baru di Tiongkok pada selasa mencapai 412, sedangkan di luar Tiongkok mencapai 459 kasus yang menyebar di 37 negara lain.
Kendati demikian, kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta para diplomat di Jenewa tidak menyebut penyebaran virus coroa sebagai pandemi. Pendemi adalah penyebaran penyakit baru yang terjadi di seluruh dunia.
"Menggunakan kata pandemi secara sembarangan tidak memiliki manfaat nyata, tetapi memiliki risiko yang signifikan dalam hal memperkuat ketakutan dan stigma yang tidak perlu dan tidak dibenarkan, dan melumpuhkan sistem," katanya.
(Baca: Bantu Sektor Terdampak Corona, OJK Relaksasi Aturan Kredit Bermasalah)
Ketika kepanikan meningkat, otoritas Meksiko melarang kapal pesiar untuk berlabuh di salah satu pelabuhannya.
Jerman, yang memiliki sekitar 20 kasus, mengatakan sudah tidak mungkin untuk melacak semua rantai infeksi. Menteri Kesehatan Jens Spahn mendesak pemerintah daerah, rumah sakit, dan pengusaha untuk meninjau perencanaan pandemi tersebut.
Penyebaran kasus virus corona yang meningkat du luar Tiongkok membuat sejumlah pertemuan besar terancam batal. Di Jepang, Perdana Menteri Shinzo Abe menyerukan agar acara-acara olahraga dan budaya dikurangi selama dua pekan ke depan, meningkatkan kekhawatiran Olimpiade Tokyo 2020 dibatalkan.
Kasus pertama Amerika Latin dikonfirmasi oleh seorang pria berusia 61 tahun di Sao Paulo, Brasil, yang baru-baru ini mengunjungi Italia. Diagnosis ini bertepatan dengan liburan karnaval, waktu puncak untuk perjalanan domestik. Indeks saham Brasil turun lebih dari 7%.
(Baca: Antisipasi Corona, Arab Saudi Setop Kedatangan Jamaah Umrah Baru)
Selain di Brasil, terdapat kasus virus corona di Aljazair, Austria, Kroasia, Yunani, Rumania, Spanyol, Swedia dan Swiss setelah warganya berpergian ke Italia.
Italia sendiri telah melaporkan lebih dari 400 kasus, yang berpusat di jantung industri Lombardy dan Veneto.
Sebuah hotel di Tenerife di Kepulauan Canary Spanyol diisolasi karena kasus virus corona yang terkait dengan Italia.
"Ini sangat menakutkan karena semua orang keluar, di kolam renang, menyebarkan virus," kata tamu hotel Lara Pennington yang berusia 45 tahun.
Menurut perhitungan Reuters, terdapat hampir 50 kematian di luar Tiongkok, termasuk 12 di Italia dan 19 di Iran. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan kemarin lusa (25/2) seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.
Iran melaporkan terdapat 139 kasus, tetapi ahli epidemiologi mengatakan tingkat kematian akibat virus corona sekitar 2%. Dengan demikian, jumlah kasus virus corona di negara ini berpotensi lebih banyak.
Virus corona juga telah menjalar ke sejumlah negara di Timur Tengah. Setelah Iran, negara di sekitarnya yakni Kuwait, Bahrain, Afghanistan, dan Irak juga melaporkan temuan kasus virus corona.