Hasil Quick Count Sesuai Harapan Pasar, Obligasi Jadi Incaran Investor
Bahana TCW Investment Management menilai hasil hitung cepat (quick count) pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019 sudah sesuai dengan ekspektasi pasar. Ditambah dengan kondisi ekonomi nasional yang membaik, pasar obligasi Indonesia tahun ini masih akan menjadi incaran investor.
Hingga pukul 18.30, hasil hitung cepat berbagai lembaga survei menunjukkan perolehan suara pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin mengungguli perolehan suara pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, dengan median perolehan suara 55,42% berbanding 45,79%.
"Mata uang rupiah terjaga terhadap dolar AS, inflasi cukup terkendali serta sentimen hasil quick count pemilu yang sesuai ekspektasi membuat pasar obligasi kita masih dilirik investor," ujar Direktur Strategi Investasi dan Kepala Makroekonomi Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat ketika dihubungi Antara di Jakarta, Rabu (17/4).
Budi menambahkan perhatian pemerintah untuk memperbaiki defisit neraca berjalan turut direspon positif pasar. Perbaikan defisit menjadi faktor yang kuat bagi pasar SBN (surat berharga negara), disertai dengan sikap The Fed yang cenderung dovish.
(Baca: Hasil Hitung Cepat Sementara Memenangkan Jokowi, Pasar Respons Positif)
"Sikap The Fed yang cenderung dovish membuka peluang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga pada 2019. Kalau suku bunga BI diturunkan, pasar obligasi kita akan semakin menarik bagi investor," ujar Budi.
Menurut Budi, dengan suku bunga yang berpotensi turun, likuiditas akan semakin bagus dan investor asing akan menambah porsi kepemilikannya pada obligasi. Selain itu, minat investor terhadap kepemilikan obligasi juga tidak lepas dari predikat investasi Indonesia yang berada di level investment grade (layak investasi).
Dampak positif pada pasar obligasi juga akan diikuti pasar saham yang juga akan ikut naik merespon hasil quick count Pilpres 2019. Meski saat ini hasil quick count menunjukkan perolehan suara pasangan Jokowi-Ma'ruf menggungguli perolehan suara pasangan Prabowo-Sandiaga, bukan berarti jika Prabowo-Sandiaga yang unggul dalam hitung cepat dampaknya akan negatif bagi pasar saham.
"Kalau pasangan Prabowo yang unggul arah pergerakan saham akan lebih sulit ditebak. Investor akan meraba-raba lagi arah kebijakan ekonomi dari pasangan itu,” katanya.
(Baca: Menko Darmin Yakin Investasi Lebih Banyak Masuk Usai Pemilu)
Selanjutnya, Budi mengatakan sentimen yang akan menjadi perhatian investor yakni jajaran kabinet atau menteri yang akan mewakili pemerintahan selanjutnya.
Untuk menjaga kepercayaan investor terhadap instrumen obligasi di dalam negeri, dia mengharapkan adanya perbaikan terhadap transaksi berjalan dengan fokus mendorong industri manufaktur. Pasalnya, dia menilai industri manufaktur akan menjadi salah satu kunci untuk memperbaiki defisit neraca berjalan.
"Manufaktur yang berkembang akan mendorong kinerja ekspor Indonesia lebih berkualitas. Indonesia tidak bisa lagi bergantung pada komoditas, harus mendorong manufaktur. Negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam sudah berkembang manufakturnya," katanya.