Harga Saham Turun 11%, Nilai Pasar Boeing Sudah Tergerus Rp403 Triliun
Kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines dan larangan terbang terhadap 737 MAX membuat harga saham Boeing Co terjun 11% menjadi US$ 377,14 dalam empat hari terakhir. Penurunan harga saham itu menghapus kapitalisasi pasar produsen pesawat itu sebesar US$ 27,8 miliar atau sekitar Rp 403,1 triliun.
Nilai kapitalisasi pasar saham Boeing merosot dari US$ 238,7 miliar atau Rp 3.461,15 triliun pada Jumat (8/3) menjadi US$ 210,9 miliar atau Rp 3.058, 05 triliun pada Kamis (14/3). Kecelakaan yang menimpa pesawat Ethiopian Airlines dengan rute Addis Ababa, Ethiopia ke Nairobi, Kenya menewaskan 149 penumpang dan 8 kru pesawat pada Minggu (10/3). Kecelakaan pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 ini terjadi dalam rentang waktu lima bulan setelah kecelakaan Lion Air JT 610 di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat yang menewaskan 189 penumpang dan kru.
Seperti dilansir Reuters, Otoritas Penerbangan Sipil Federal Amerika Serikat (FAA) menerapkan larangan terbang bagi pesawat Boeing 737 MAX 8 dan 9 sampai perusahaan mengujicoba perbaikan peranti lunak pada sistem kendali otomatis pesawat tersebut. Boeing juga menunda pengiriman 737 MAX dari pabriknya yang berada di Seattle selama larangan terbang dan investigasi terhadap kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines berlangsung.
Kotak hitam dari pesawat Ethiopian Airlines yang jatuh di Bishoftu telah dibawa ke Prancis untuk diperiksa lebih lanjut. Dua kecelakaan yang disertai beberapa kemiripan membuat dunia penerbangan mempertanyakan keselamatan dari model pesawat paling laris dari Boeing Co tersebut.
Anggota Senat AS Rick Larsen mengatakan, Boeing membutuhkan waktu beberapa pekan untuk menyelesaikan perbaikan piranti lunak pada seluruh pesawat 737 MAX. Pada April mendatang, diharapkan piranti lunak baru tersebut bisa dipasang di pesawat. Boeing juga akan memberikan pelatihan tambahan terkait peningkatan piranti lunak itu.
Biro Pemeriksaan dan Analisis Keamanan Penerbangan Sipil (BEA) Prancis akan melakukan uji teknis terhadap kotak hitam pesawat Ethiopian Airlines mulai Jumat (15/3) ini. Kesimpulan awal akan diumumkan dalam beberapa hari ke depan.
(Baca: Garuda Akan Tagih Boeing Kompensasi dari Penghentian Operasi 737 Max 8)
Beberapa Negara Terapkan Larangan Terbang
Beberapa negara di dunia menerapkan larangan terbang bagi pesawat Boeing 737 MAX, antara lain Tiongkok, Indonesia, Etiopia, Singapura, Australia, Jerman, Amerika Serikat, dan Jepang. Padahal sebelum kecelakaan tersebut terjadi, Boeing menerima pesanan hampir 5 ribu unit 737 MAX dari berbagai maskapai penerbangan global.
Kini, beberapa maskapai penerbangan mulai mengkaji kembali pesanan mereka. Lion Air Grup, misalnya, berencana menegosiasi ulang pesanan 222 unit pesawat 737 MAX. Garuda Indonesia juga memikirkan untuk mengkaji ulang pemesanan 20 unit pesawat jenis tersebut dari Boeing.
“Kami akan terus memproduksi pesawat 737 MAX sembari menghitung situasi saat ini berdampak terhadap sistem produksi, termasuk hal-hal yang berpotensi mengurangi kapasitas produksi," kata Juru Bicara Boeing Chaz Bickers seperti dikutip Reuters.
Meski demikian, lembaga pemeringkat Moody's Investor Service menyatakan, imbas dari kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines tidak serta-merta berpengaruh terhadap peringkat utang Boeing. Peringkat utang Boeing saat ini adalah A2 (peringkat investasi) dengan prospek stabil.
(Baca: Ikuti Otoritas AS, Boeing Larang Terbang 371 Pesawat 737 Max)