Kabar Akuisisi Melejitkan Saham Indosat dan Smartfren
Harga saham PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT Smartfren Tbk (FREN) meningkat signifikan pada sesi pertama perdagangan saham, Senin (22/10). Rencana Indosat mengakuisisi operator telekomunikasi lainnya menimbulkan spekulasi nama Smartfren sebagai salah satu operator yang diincar oleh Indosat.
Hingga sesi pertama berakhir, saham Indosat berada di posisi kedua top gainer dengan kenaikan 7,46% menjadi Rp 2.880 per saham. Harga saham ISAT sempat melejit hingga 21% mencapai Rp 3.240 per saham pada pukul 09.30 WIB. Sementara itu, saham PT Smartfren Tbk (FREN) berada di posisi ketiga dengan kenaikan 6,06% menjadi Rp 105 per saham. Harga saham Smartfren juga sempat melambung hingga 12%.
Direktur Utama Indosat Chris Kanter menyebutkan, Indosat mengalokasikan belanja modal US$ 2 miliar atau Rp 30 triliun pada 2019-2020. "Untuk jadi yang terkuat nomor dua, ya kami harus mengambil (akuisisi)," kata Chris Kanter di Jakarta, Kamis (18/10) lalu. Rencana tersebut sejatinya telah disiapkan sejak dua tahun yang lalu.
Sejumlah pelaku pasar menilai Smartfren menjadi target yang cocok untuk Indosat mengingat operator telekomunikasi ini tengah membutuhkan dana besar untuk restrukturisasi utang-utangnya. Smartfren dalam proses penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu melalui penerbitan obligasi wajib konversi senilai Rp 1,2 triliun.
(Baca: Jadi Bos Baru Indosat, Chris Kanter Berencana Akuisisi Operator Lain)
Sementara itu, perdagangan saham pada sesi pertama masih minim sentimen sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,02% menjadi 5.836,24. Dua sektor yang menjadi penopang indeks adalah saham-saham sektor infrastruktur dan pertambangan.
Indeks sektor infrastruktur melambung 1,44% menjadi 1.062,06 poin disusul indeks sektor pertambangan dengan kenaikan 0,44% menjadi 1.918,43 poin. Indeks sektor properti juga menguat tipis 0,23% menjadi 410,04 poin.
Sementara itu, indeks sektor perdagangan turun paling dalam 0,75% disusul indeks sektor keuangan -0,38%. Indeks sektor agribisnis juga turun 0,22% sedangkan indeks sektor aneka industri -0,3%. Indeks sektor industri dasar dan manufaktur sama-sama turun 0,06% sedangkan indeks sektor konsumer stagnan.
Nilai transaksi saham pada sesi pertama mencapai Rp 2,55 triliun dengan volume 4,66 miliar saham. Sebanyak 186 saham naik, 168 saham turun, dan 116 saham tetap. Investor asing tercatat membukukan penjualan bersih (net sell) Rp 138,94 miliar di pasar reguler.
PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) menempati posisi teratas jajaran top gainer dengan kenaikan 12,41% menjadi Rp 4.890 per saham. Sementara itu, saham PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) menjadi top loser dengan penurunan 11,11% menjadi Rp 5.000 karena sentimen negatif kasus dugaan suap perizinan Meikarta.
(Baca: Nasib Konsumen Meikarta, Terombang-ambing Kasus Suap di KPK)