Ekonomi RI Kuartal II Terancam Resesi Teknikal, IHSG Anjlok 4,29%
Indeks harga saham gabungan IHSG mengawali perdagangan Senin (3/8) dengan koreksi dalam. IHSG anjlok hingga 221,16 poin atau 4,29% ke level 4.928,47 pada pukul 10.20. Saat berita ini ditulis indeks berangsung naik kembali meski masih di teritori negatif.
Analis Binaartha Sekuritas, M Nafan Aji Gusta Utama, mengatakan anjloknya IHSG disesi pembukaan perdagangan hari ini lantaran adanya ancaman resesi ekonomi Indonesia. “Faktor resesi teknikal pendorongnya,” katanya kepada Katadata.co.id, pagi ini.
Selain itu, kata Nafan, pelaku pasar juga masih menantikan rilis data produk domestik bruto (PDB) Indonesia kuartal kedua tahun ini. Faktor lainnya yakni masih tingginya tambahan kasus harian covid-19 di Tanah Air.
Senada, analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan menilai koreksi indeks pagi ini lantaran investor mencermati data perekonomian, terutama jelang rilis data inflasi BPS. “Rilis data kuartal kedua diprediksi kurang memuaskan market,” katanya.
Adapun total transaksi saham hingga pukul 10.30 WIB tercatat mencapai 5,5 miliar saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 5,5 triliun. Tercatat hanya ada 37 saham yang bergerak naik, sedangkan 409 saham terkoreksi, dan sisanya stagnan.
Koreksi indeks juga sejalan dengan modal asing yang mengalir deras keluar dengan total nilai penjualan bersih (net sell) saham di pasar reguler mencapai Rp 710 miliar. Investor asing terpantau ramai-ramai melego saham yang beberapa waktu terakhir naik.
Seperti saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dijual asing dengan nilai bersih Rp 279,6 miliar sehingga saham ini pun anjlok 4,43% di level Rp 3,020 per saham. Kemudian saham Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan net sell Rp 153,5 miliar sehingga sahamnya juga anjlok 4,92% di Rp 2.910 per saham.
Penurunan bursa saham di dalam negeri ini menjadi yang terburuk di antara bursa saham di Asia yang mayoritas terkoreksi. Seperti indeks Straits Times Singapura yang turun 1,37%, Hang Seng Hong Kong merosot 0,95%, serta Kospi Korea Selatan turun 0,52%.
Sementara indeks Nikkei 225 Jepang berhasil naik hingga 2%. Serta indeks Shanghai Composite Tiongkok juga naik 1,08%.